Kembali
×
Bandari Alamanda: Dari HR Manager, ke Caregiver Lansia di Spanyol (2)
03 Desember 2020 16:31 WIB

Geriatri.id - Menjadi caregiver lansia di Spanyol, di sebuah desa bernama Jimena de La Frontera, apa saja yang dikerjakan Bimandari Alamanda?

Manda--demikian sapaan akrabnya, mengatakan, sebagai caregiver private, dia menangani 19 lansia.

Manda bekerja dalam shift yang setiap shiftnya bisa dijalani antara 1-6 jam.

"Ada yang setiap hari, ada juga yang seminggu sekali," kata Manda, pada sesi Lansia Online (LOL) bertema: 'Merawat Lansia Dengan Hati' yang dihelat Geriatri.id, Minggu (29/11) lalu.

Tak selalu dia mendampingi lansia secara penuh. Terkadang ada yang meminta didampingi karena sedang sakit, dan setelah sembuh dari sakit, Manda tak lagi perlu mendampingi.

"Selama mendampingi saya menemani lansia untuk makan, memastikan merek meminum obat, menemani membaca, grooming--memandikan, mencabuti jenggot, di sana oma-oma mungkin sudah genetika kalau berusia 80 tahun jenggotnya tumbuh," jelas Manda.

Untuk makanan, kata Manda, di desa itu, umumnya disediakan oleh catering khusus untuk makanan lansia.

"Murah, enak, bergizi, teksturnya lembut," kata Manda.

Secara umum, tugasnya sebagai caregiver adalah menemani lansia dan membuat kehidupan mereka tidak kesepian, menemanu mengobrol, menonton televisi.

"Ada opa alzheimer, ada sesi 1 jam setiap tiga hari datang untuk memberikan fisioterapi. Saya mengajarkan misalnya setiap 3 menit angkat kaki beberapa kali, angkat tangan beberapa kali," ujarnya.


Meski terkesan mudah, namun banyak tantangan yang harus dihadapi Manda selama bertugas sebagai caregiver.

"Tentunya tiap opa-oma beda-beda sifatnya. Kemudian tantangan juga datang dari keluarga yang memiliki keinginan berbeda-beda, juga dengan sesama tim kerja," ujarnya.

Umumnya lansia juga lebih senang didampingi caregiver ketimbang keluarga mereka.

Biasanya, jika diasuh keluarga, ada perasaan negatif dan perasaan tak berdaya yang dirasakan keluarga dimana perasaan itu juga dirasakan oleh si lansia sehingga ikut merasa sedih.

"Ada pasien alzheimer yang didampingi istrinya, sang istri merasa sedih nggak bisa merawat, perasaan itu tertransfer pada opa yang menderita dan pasti akan ikut sedih," kata Manda.

Akibatnya, jika diminta istri untuk minum obat atau makan misalnya, dia menolak, sehingga istri merasa kesal. Karenanya, meski umumnya masih memiliki keluarga, lansia tetap membutuhkan pendamping.

Terlebih banyak anak-cucu dari lansia, meski sudah disediakan rumah besar kerap memilih tinggal sendiri terpisah dari orang tua atau kakek-nenek mereka. 

"Opa-oma di sini kalau di atas 80 tahun, meski sehat, sudah goyah, kadang sering nabrak, kalau mau masak menyalakan kompor mukanya didekatkan sekali dengan kompor, karena itu harus didampingi selama 24 jam, bagaimanapun keluarga tidak mungkin mendampingi 24 jam, perlu bantuan orang lain untuk datang, misalnya kalau malam ke kamar mandi harus dijagain," papar Manda.

Ada hal yang disyukuri Manda sebagai orang Indonesia yang bekerja di pedesaan di Spanyol. Karena umumnya mereka tidak mengenal Indonesia dan orang Indonesia, maka mereka tidak punya stereotype tertentu terkait orang Indonesia.

"Mereka tidak bersikap rasis khususnya kepada orang Indonesia, karena mereka nggak tahu," ujarnya.***(mag)

Artikel Lainnya
Artikel
30 Oktober 2025 08:00 WIB
Artikel
28 Oktober 2025 10:00 WIB
Artikel
27 Oktober 2025 12:00 WIB
Tags
lansia
merawat lansia
lansia sehat
geriatri
caregiver
bandari alamanda
pendamping lansia
berita lansia
lansia bahagia