Geriatri.id - Saat pertama kali ikut dengan suami untuk tinggal di Spanyol, Bandari Alamanda tak menyangka bakal terjun ke dunia kerja yang sama sekali baru baginya: menjadi perawat atau caregiver orang lanjut usia (lansia). Maklum, saat itu, Manda--demikian sapaan akrabnya--sudah memiliki pekerjaan yang 'normal' dan mapan menjadi manajer di Human Resources Departmen (HRD) sebuah perusahaan besar di Indonesia.
Karenanya saat dia akhirnya 'meng-iya-kan' ajakan sang suami, yang terbayang adalah untuk juga mencari pekerjaan yang sama di sana. Tapi tak dinyana, Manda malah diajak sang suami untuk tinggal di kawasan 'perdesaan' di Spanyol yaitu di Jimena de La Frontera, di pinggiran kota Cadiz.
Bayangan untuk bisa bekerja 'normal' di perusahaan pun sirna lantaran kawasan tinggalnya sangat jauh dari kota. "Awalnya, susah menerima, tetapi memang nggak ada hal yang kebetulan, semua selalu ada maksudnya," kata Manda pada sesi Lansia Online (LOL) bertema: 'Merawat Lansia Dengan Hati' yang dihelat Geriatri.id, Minggu (29/11) lalu.
Maka, saat pertama kali tiba di Jimenez de la Frontera, yang ada di pikiran Manda adalah bagaimana mengurus rumah, suami, sekaligus menghasilkan sesuatu. "Bagaimana ilmu saya bisa berguna buat lingkungan dan tetangga sekitar," kata Manda yang memiliki latar belakang sebagai sarjana psikologi.
Dari berinteraksi dengan tetangga sekitar, Manda kemudian mengetahui kalau desa tempat tinggalnya adalah sebuah desa 'lansia' dimana banyak penduduknya adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Kebanyakan mereka yang datang ke sana adalah pensiunan yang memang ingin menikmati keindahan alam dan ketenangan suasana desa. "Mereka sudah pensiun senangnya hidup di tempat yang tenang," ujar Manda.
Karenanya tak heran jika 64% penduduk di sana adalah mereka yang berusia antara 65 sampai 98 tahun. "Yang berusia 65 sampai 80 tahun masih sehat masih jalan-jalan, naik gunung," cerita Manda.
Karena demografi yang demikian, maka pemerintah setempat pun concern untuk bisa memberikan pelayanan kepada kaum lansia. "Nggak semua bisa masuk ke panti jompo, alternatifnya adalah memberikan pelayanan dari rumah ke rumah dan tidak semua dilakukan oleh aparatur pemerintah, ada juga dari private," katanya.
Maka, Manda pun kemudian tertarik untuk terjun menjadi caregiver bagi lansia. "Saya caregiver yang dari private," katanya. Untuk itu, Manda pun mengikuti program pelatihan yang disediakan pemerintah setempat dengan berbekal persyaratan mampu berbahas Spanyol dan Inggris (karena sebagian penduduk merupakan imigran dari Inggris).
Dalam program itu, Manda diterjunkan untuk mempraktikkan berbagai teori yang didapat langsung dari rumah ke rumah. Setelah beberapa bulan mengikuti pelatihan, Manda sebenarnya bisa melamar menjadi salah satu petugas pemerintah atau di kantor agen yang menyiapkan tenaga kerja.
Namun Manda rupanya justru mendapatkan jalan yang lebih 'mudah'. Selama masa praktik itu, dia akhirnya menjadi akrab dengan opa-oma di desa. "Karena desa kecil, orangnya lebih dekat, mereka berpikir saya orang Asia, baik, ramah, bisa ngemong opa-oma, maka boleh menemani mereka," kisah Manda.
"Saya bermula dari nemenin sarapan, nemenin bikin rajutan, membaca buku, akhirnya dipercaya mendampingi lansiayang demensia dan yang alzheimer, dia mengalami lumpuh karena kecelakaan," cerita Manda.
Maka berawal dari keakraban dan hubungan baik, Manda akhirnya memiliki menjadi caregiver private di sana. "Saya sejauh ini merawat 19 opa-oma, yang saya dampingi umumnya di atas 80 tahun paling senior 96 tahun," tuturnya. (mag)