Geriatri.id - Lansia seiring bertambahnya usia, akan mengalami penurunan kondisi fisiologis tubuh, termasuk daya ingat.
Kondisi menurunnya daya ingat ini, seringkali disebut dengan istilah pikun atau demensia. Padahal, kedua istilah itu memiliki makna yang berbeda loh.
dr. Yudo Murti Mupangati, Sp.PD., K-Ger, FINASIM mengatakan, berbeda dari demensia, pikun adalah kondisi menurunnya daya ingat karena terjadinya penuaan yang bisa dicegah dengan cara melakukan deteksi secara dini.
Berbeda dari pikun, demensia adalah penurunan daya ingat karena adanya penyakit atau patologis.
Atau bisa dikatakan, demensia adalah pikun yang bersifat patologis.
Baik kepikunan maupun demensia, bisa dicegah agar tidak dialami para lansia.
"Pikun atau demensia ini bisa dicegah sedini mungkin dengan terus mengasah kemampuan otak atau kemampuan berpikir," kata dr. Yudo, dalam acara Kelas Lansia Online bertajuk 'Mengenal Demensia Pada Lansia', yang diselenggarakan oleh Geriatri.id dan PB Pergemi, Jumat (26/6).
Riset membuktikan, lansia yang memiliki pendidikan tinggi jarang mengalami kepikunan, sementara yang berpendidikan rendah sering mengalami kepikunan atau demensia.
"Itu terjadi mungkin pada lansia yang berpendidikan tinggi otaknya selalu diasah untuk belajar sesuatu yang baru," ujarnya.
Penurunan daya ingat, kata dr. Yudo, salah satunya memang dipengaruhi oleh tingkat sosialisasi.
Semakin lansia mampu bersosialisasi, lebih banyak belajar pengetahuan baru, akan mencegah demensia dan pikun.
Untuk mencegah demensia atau pikun, umumnya disarankan pertama kali dengan kegiatan non farmakologis atau tanpa pengobatan.
Lansia diminta melakukan beragam kegiatan untuk pencegahan seperti, jika suka menyanyi, maka disarankan menghafalkan lagu-lagu lama atau baru.
Jika suka bermain puzzle, bermain catur, maka disarankan melakukan aktivitas tersebut atau yang bergama Islam dan suka mengaji bisa melatih memori dengan menghafal surat-surat pendek atau surat yang agak panjang dalam Al-Quran.
"Hal tersebut penting untuk mengaktifkan emori, aktivitas seperti mengisi teka teki silang, yang kadang berisi pengetahuan umum juga bisa dilakukan untuk menjaga memorinya," ujar dr. Yudo.
Di bagian Geriatri RS Dr. Kariadi Semarang, dimana dr. Yudo bertugas, juga memiliki 'memory clinic'.
Lansia bisa memeriksakan kemampuan memorinya dan akan dinilai dengan skor tertentu.
"Jika memang sudah terjadi demensia dan perlu interfensi obat, baru diberikan obat-obatan," jelasnya.***(mag)
Ilustrasi - Lansia bermain catur. (piqsels)