Kembali
×
Sosial Distancing, Kesehatan Mental Lansia Harus Diperhatikan
16 Maret 2020 19:54 WIB

Geriatri.id - Mengantisipasi persebaran virus corona (COVID-19) pemerintah telah mengeluarkan kebijakan, salah satunya adalah social distancing. Lewat pembatasan interaksi sosial ini, pemerintah berupaya mencegah meluasnya penyebaran penyakit tersebut.

Dalam konteks kesehatan mental, khususnya pada lansia, kebijakan social distancing dapat memberikan pengaruh yang negatif. Diah Mahmudah, Psikolog Klinis yang juga pegiat kesehatan mental mengatakan, bagi lansia, mendapat kunjungan dari anak-anak dan cucunya merupakan momen yang membahagiakan dan sangat ditunggu.

"Apalagi, jika mereka selalu dikunjungi secara reguler baik seminggu sekali atau dua minggu sekali. Ketika jatah kunjungannya hilang akibat kebijakan lock down misalnya terkait pencegahan persebaran virus corona, maka kesehatan emosionalnya bisa terganggu," ujarnya kepada geriatri.id, Senin (16/3).

Dalam kondisi seperti ini, apa yang harus dilakukan? "Saya sendiri selaku pegiat kesehatan mental, kesehatan psikologis, melihat kesejahteraan psikologis individu melibatkan lima pilar yang masing-masing saling mempengaruhi atau saling terkait," kata Diah.

Pilar pertama, adalah emosi. Ketika seseorang dihadapkan pada situasi emosional dan dia merespons dengan emosional yang gembira, maka akan mempengaruhi ranah kesehatan mentalnya. Demikian pula jika situasi emosional itu direspons dengan emosi sedih, misalnya situasi ketika tidak bisa mendapatkan kunjungan dari keluarga secara reguler seperti yang biasa didapatkan.

Bagaimana mengatasinya? Mengelola emosi bisa dilakukan dengan cara memvalidasi, atau kita mengakui perasaan sedih yang muncul dan perasaan itu diterima. "Tetapi yang paling penting emosi sedih jangan sampai berkepanjangan harus ada pemulihan," jelasnya.

Pada lansia, di atas 60 tahun, umumnya kecepatan pemulihan emosinya atau speed recovery-nya umumnya lambat. "Baik penyakit fisik maupu mental, pada lansia umumnya speed recovery lansia membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan orang muda," kata Diah.

Karena itu, penting bagi anak-anaknya untuk lebih peduli pada upaya mengatasi berbagai macam emosi negatif yang muncul, misalnya dari kebijakan lock down ini. dari pilar emosi, selain validasi, para lansia juga perlu dibekali cara untuk mengalirkan emosi negatifnya.

Nah dalam konteks ini, pilar-pilar berikutnya yaitu pilar fisik, kognisi, sosial dan spiritual, berperan penting. Emosi negatif bisa dialirkan dengan berbagai cara sesuai kebiasaan, sifat dan karakter lansia. "Jika hobi menulis, silakan mengalirkannya dengan menulis, bisa menulis berbagai emosi negatif agar tersalurkan sekaligus mengasah bakat menulis, atau bisa juga dengan menyanyi," ujar Diah.

Emosi negatif juga bisa dialirkan dengan berbagai aktivitas fisik ringan sesyai dengan kemampuan masih-masing, misalnya joging, olahraga pernapasan atau apapun, sehingga recovery emosi lebih cepat. "Bisa juga dengan bercocok tanam, memelihara ikan dan sebagainya," kata Diah.

Pada pilar sosial, anak-anak bisa membantu dengan memahamkan lansia bahwa memang dalam kondisi seperti itu tidak mungkin bisa bertatap muka. Tetapi support system tetap kita berikan, kita yakinkan mereka bahwa kita tetap hadir meskipun secara virtual.

"Karena itu, pastikan lansia memiliki tools-tools teknologi yang membantu seperti misalnya untuk melakukan video conference. Kita berikan garansi, kapan pun mereka ingin berbicara, bisa menelepon, berikan jaminan tetap bisa connect dengan kita, itu bisa jadi obat yang mujarab memutus rasa insecure, rasa kesepian," ujarnya.

Anak-anak juga bisa memberikan pemahaman pada lansia tujuan dari kebijakan ini. Sampaikan hal yang positif, misalnya kebijakan ini hanya berlaku dalam 2-4 minggu, dan bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat termasuk para lansia.

Pilar berikutnya adalah spiritual. Apapun agama dan keyakinannya, manusia meyakini, setiap kejadian pasti terjadi atas izin Yang Maha Kuasa. Anak-anak para lansia bisa membantu dengan memberikan video tausiah, melakukan aktivitas ibadah, berdoa, berzikir, dan sebagainya. (mag)

foto: pixabay
 

Artikel Lainnya
Artikel
02 November 2025 10:00 WIB
Artikel
01 November 2025 10:00 WIB
Artikel
30 Oktober 2025 08:00 WIB
Tags
lansia
covid 19
corona virus
kesehatan mental
kesehatan mental lansia
geriatri
infeksi corona