Pelayanan geriatri di rumah sakit dan puskesmas di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, sehingga belum sepenuhnya memenuhi harapan jika dibandingkan dengan standar di negara-negara maju seperti Jepang, Belanda, atau Australia. Namun, upaya perbaikan terus dilakukan, dan ada titik terang yang memberikan harapan untuk masa depan.
Kondisi Pelayanan Geriatri Saat Ini
Tenaga Kesehatan Belum Terlatih Khusus
Salah satu kendala utama adalah minimnya tenaga kesehatan yang memiliki pelatihan khusus dalam bidang geriatri. Banyak dokter umum dan perawat belum dibekali pengetahuan mendalam mengenai penanganan sindrom geriatri, seperti delirium, risiko jatuh, atau demensia. Ketersediaan dokter spesialis geriatri juga masih sangat terbatas, terutama di daerah-daerah.
Asesmen Geriatri yang Belum Komprehensif
Asesmen Geriatri Komprehensif (CGA) yang seharusnya menjadi rutinitas, jarang dilakukan secara sistematis. Pelayanan masih cenderung berfokus pada pengobatan penyakit (kuratif) daripada memperhatikan fungsi dan kualitas hidup lansia secara menyeluruh.
Fasilitas Fisik yang Belum Ramah Lansia
Infrastruktur fisik di banyak fasilitas kesehatan belum sepenuhnya mendukung kenyamanan dan keamanan lansia. Contohnya adalah masih ditemukannya toilet jongkok, lorong tanpa pegangan, atau kursi tunggu yang tinggi. Selain itu, banyak ruang rawat inap belum menyediakan lingkungan yang aman bagi lansia dengan risiko jatuh atau disorientasi.
Koordinasi Lintas Profesi yang Lemah
Penanganan lansia idealnya melibatkan tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, psikolog, dan terapis rehabilitasi medik. Namun, koordinasi semacam ini belum menjadi praktik umum. Akibatnya, masalah seperti polifarmasi (penggunaan obat yang terlalu banyak) sering terjadi karena kurangnya kolaborasi antarprofesi.
Dampak pada Lansia
Kondisi-kondisi tersebut berdampak signifikan pada lansia. Mereka seringkali pulang dari rumah sakit dengan kemampuan fungsional yang menurun. Risiko infeksi rumah sakit, jatuh, dan delirium (bingung akut) juga meningkat. Selain itu, edukasi yang diberikan kepada keluarga seringkali tidak memadai, padahal peran keluarga sangat penting dalam perawatan lansia di rumah.
Harapan dan Langkah Ke Depan
Meskipun masih banyak tantangan, ada beberapa perkembangan positif yang memberikan harapan. Beberapa rumah sakit besar di Indonesia, seperti RSCM, RSUP Sardjito, RSHS, RS Unair, dan RSUP Sanglah, telah mulai mengembangkan unit geriatri. Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan Panduan Layanan Geriatri di Puskesmas dan Rumah Sakit pada tahun 2022, dan Posyandu lansia semakin diperkuat di berbagai wilayah.
Untuk mewujudkan pelayanan geriatri yang lebih baik, beberapa langkah ke depan yang perlu diambil meliputi:
Pelatihan nasional tenaga kesehatan: Peningkatan jumlah workshop geriatri dasar di rumah sakit dan puskesmas sangat penting untuk membekali tenaga kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan khusus.
Audit mutu layanan lansia secara berkala: Melakukan evaluasi rutin terhadap kualitas pelayanan geriatri dapat membantu mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Penyediaan alat bantu dan lingkungan ramah usia: Perbaikan fasilitas fisik dan penyediaan alat bantu yang sesuai akan meningkatkan keamanan dan kenyamanan lansia.
Melibatkan keluarga dalam proses perawatan: Edukasi dan partisipasi aktif keluarga sangat krusial dalam mendukung perawatan lansia setelah keluar dari fasilitas kesehatan.
Integrasi data lansia: Mengintegrasikan data lansia antara fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas) dan fasilitas rujukan akan memastikan kesinambungan perawatan dan meminimalkan duplikasi layanan.
Dengan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, kualitas pelayanan geriatri di Indonesia dapat terus ditingkatkan, sehingga lansia dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik di masa senja mereka.