Kembali
×
Layla dan Mbah Hadi : Kisah Merawat dengan Hati
28 Juli 2025 14:00 WIB

Pagi itu, Layla menatap lembut ke arah Pak Hadi yang sedang duduk di teras rumah kecil mereka di pinggiran Jakarta Timur di Kawasan Pondok Kepala. Udara pagi masih segar, tapi matanya sudah berkaca-kaca. Tiga tahun sudah sejak stroke merenggut kemandirian sang ayah, Hadi. Sebagai anak tunggal, Layla memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di bank demi merawat ayahnya. 

"Pak, ayo kita sarapan dulu," ujar Layla sambil membopong tubuh renta Pak Hadi ke kursi makan. Tangan Layla terlatih, dia sudah mengikuti pelatihan caregiver dari puskesmas setempat setelah menyadari betapa rumitnya merawat lansia. 

---

Peran yang Tak Tertulis


Layla tersenyum pahit mengingat hari-hari awalnya. "Dulu kupikir jadi caregiver cuma soal mengganti popok dan menyuapi," gumamnya. Tapi jurnal internasional yang dia baca di *The Gerontologist* membukakan matanya:  Perawatan fisik seperti memandikan dan mencegah luka dekubitus ternyata harus dibarengi dengan dukungan emosional.

"Ayah sering marah-marah karena frustasi," katanya pada Bu RT yang berkunjung. "Ternyata itu gejala umum depresi pada lansia pasca-stroke," bisik hati Layla, mengutip penelitian *Pinquart & Sörensen (2003)*. 

Suatu malam, Pak Hadi menjerit karena mimpi buruk. Layla tak panik—dia sudah belajar dari pelatihannya bahwa lansia dengan demensia ringan sering mengalami sundown syndrome. "Tenang, Pak. Layla di sini," bisiknya sambil menggenggam tangan ayahnya, persis seperti anjuran *Alzheimer’s Association*. 

Dua Sisi Medali


Tapi beban itu nyata. Suatu siang, Layla terjatuh lemas di dapur. "Aku lelah, Bu," ratapnya pada tetangga yang datang membantu. Riset Rahmawati & Hastono (2019) di Jurnal Nersternyata benar: 70% caregiver keluarga di Indonesia mengalami burnout

Untungnya, kader posyandu lansia mengenalkannya pada komunitas caregiver online. Di sana, Layla belajar trik dari jurnal ‘Gitlin et al. (2006)’: 
- Memodifikasi rumah: "Kuganti karpet licin dengan vinyl anti-slip," katanya bangga. 
- Jadwal istirahat: "Sekarang aku tak sungkan minta bantuan saudara di akhir pekan." 

Titik Terang


Bulan lalu, perubahan besar terjadi. Program pelatihan caregiver dari BPPSDM Kesehatan hadir di kelurahan mereka. Layla mendaftar dan belajar: 
- Teknik mengangkat lansia tanpa melukai punggung sendiri 
- Komunikasi terapetik untuk mengurangi anxiety Pak Hadi 
- Kolaborasi dengan dokter untuk memantau tekanan darah 

"Ayah sekarang lebih kooperatif," ujar Layla sambil memijat lembut kaki Pak Hadi yang bengkak. Pengetahuannya tentang edema pada gagal jantung kongestif—yang dia baca di Journal of the American Geriatrics Society—membuatnya paham kapan harus membawaayahnya ke klinik. 

Senja yang Berbeda


Kini, di teras yang sama, Pak Hadi tersenyum saat Layla membacakan koran. "Kamu hebat, Nak," gumamnya dengan mata berkaca. Layla mengangguk, lalu melirik buku catatannya yang penuh dengan: 
- Jadwal obat (diadaptasi dari pedoman Kemenkes RI) 
- Catatan gejala untuk konsultasi rutin 
- Daftar lagu lawas yang bisa memicu memori Pak Hadi 

"Merawat itu bukan sekadar tugas," pikir Layla sambil menyiapkan teh hangat. "Ini adalah bahasa cinta yang paling purba." 

---

Pesan Moral: 
Kisah Layla mencerminkan temuan riset nasional-internasional: 
1. Caregiver perlu literasi kesehatan (Gaugler, 2018) 
2. Dukungan sistemik (pelatihan, komunitas) vital (Kemenkes RI, 2021) 
3. Self-care bukan egois, tapi kebutuhan (Schulz & Eden, 2016) 

"Di balik setiap lansia yang bermartabat, ada caregiver yang tak menyerah."

Artikel Lainnya
Artikel
28 Oktober 2025 10:00 WIB
Artikel
27 Oktober 2025 12:00 WIB
Artikel
29 Oktober 2025 08:00 WIB
Tags
caregiver
perawatlansia
Lansia Indonesia
geriatri
sehat
lansia
orangtua