Oleh: Dr. dr. Probosuseno, SpPD, KGer, FINASIM, SE, Kepala Klinik Geriatri RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta
Geriatri.id - Pasien, khususnya pasien geriatri dengan penyakit paliatif, atau penyakit yang mengancam kehidupannya, atau membuat harapan hidupnya menipis, umumnya memiliki harapan dapat meninggal dengan tenang dan terhormat, berada di tengah orang yang disayang dan menyayangi, serta tidak menderita.
Untuk itu, dukungan keluarga menjadi sangat penting bagi pasien sepanjang kehidupan meraka dan tercapainya dukungan keluarga saat pasien hidup dan meninggal.
Namun tak selamanya kondisi yang diharapkan pasien bisa terwujud karena adanya kondisi tertentu yang membuat keluarga atau anak-anaknya tidak bisa atau tidak mampu memberikan perhatian yang baik kepada pasien.
Dalam banyak kasus, ada anak yang terlalu sibuk dan mampu membiayai perawatan orang tua, sehingga cenderung menyerahkan perawatan orang tua kepada pihak rumah sakit.
Pada kasus lain, anak memang tidak mampu dan tidak memiliki biaya untuk merawat orang tuanya, sehingga terkesan menelantarkan.
Dalam kondisi seperti ini, seorang dokter atau tenaga kesehatan yang merawat pasien dengan penyakit paliatif, harus memiliki kecerdasan mental untuk bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya agar terbangun pemahaman akan pentingnya peran keluarga dalam merawat pasien dengan kondisi tersebut.
Banyak kisah nyata, usaha terbaik bukanlah dengan mencari-cari obat yang ampuh atau dokter yang pintar namun yang dibutuhkan justru pendekatan dan dukungan moral pada pasien yang akan meninggal dunia.
Di RS Sardjito Yogyakarta sendiri, pendekatan agama umum dipakai baik kepada pasien untuk sabar menghadapi penyakit dan kondisinya dan juga kepada keluarga atau anak pasien agar lebih memperhatikan keluarganya.
Untuk menggugah kepedulian anak-anak pasien, ada dua cara yang dilakukan yaitu pendekatan "kabar gembira" dan "ancaman".
Dalam pendekatan "kabar gembira" dokter memberikan pemahaman kepada anak-anak pasien, bisa dari berbagai kisah inspiratif atau kisah nyata tentang anak-anak yang berbakti kepada orang tuanya hidupnya akan sukses hingga sampai keturunannya.
Sebaliknya, dalam pendekatan "ancaman" dikisahkan juga bagaimana anak-anak yang tidak mau berbakti pada orang tuanya, akan diperlakukan sedemikian anak-anak mereka kelak.
Ada kiat yaitu "CERDAS" yang bisa digunakan dokter dalam membangun komunikasi dengan pasien dan keluarga atau anak-anak pasien. Umumnya pendekatan ini adalah menggunakan pendekatan kecerdasan spiritual.
C - Cerita. Berikan cerita inspiratif kepada pasien atau keluarganya agar masing-masing tetap memiliki semangat dalam menghadapi kondisi masing-masing.
Salah satu kisah nyata yang pernah saya alami sendiri, ada seorang pasien yang terkena penyakit kanker dan harapan hidupnya dinyatakan hanya tinggal tiga bulan.
Dalam kondisi ini, saya memberikan pendekatan agama kepada pasien dan anak-anaknya yaitu denga bersedekah.
Akhirnya baik pasien maupun anak-anaknya kompak rutin bersedakah dan hasilnya, dengan izin Allah, pasien yang tadinya divonis usianya tinggal tiga bulan bisa bertahan hingga 11 tahun.
Dalam konteks ini ada faktor Illahiah, yang berada di luar kemampuan ilmu kedokteran.
Pendekatan agama dalam merawat pasien geriatri sendiri memang lazim dilakukan sejak 30 tahun lalu, khususnya dalam merawat pasien geriatri.
Agama sendiri dalam ilmu kedokteran merupakan bagian dari Complementary and Alternative Medicine (CAM).
E - Energik, Empati. Empati bagi dokter sangat penting karena bisa jadi, keluarga atau anak-anak pasien bukan tidak peduli, tetapi memang misalnya kondisi ekonominya tidak baik dan tidak memiliki uang.
Ada yang punya uang tetapi tidak punya waktu. Dalam kondisi ini dokter bisa menyarankan bagi anak yang tidak memiliki waktu dan punya uang, untuk menyumbang uang bagi perawatan orang tuanya dan anak yang tidak punya uang tetapi tidak memiliki waktu, untuk bisa menyumbang tenaga merawat orang tuanya.
Dalam kondisi tertentu bisa jadi pasien memang tidak memiliki anak atau anak-anaknya secara ekomi tidak mampu. Di RS Sardjito, dalam kondisi seperti ini pasien akan dibantu mengurus BPJS Kesehatan.
Sejak 1987 di RS Sardjito sudah ada program yang dinamakan anak asuh dan mbah asuh untuk pasien-pasien lansia dengan kondisi ekonomi yang sulit.
R - Rendah hati. Dokter dalam pendekatan kepada pihak keluarga tidak boleh sombong dan harus ramah sehingga keuarga tertarik.
D - Dana, Dialog, Dukungan. Pasien dan keluarga diajak berdialog, mencari solusi untuk misalnya pendanaan atau dukungan perawatan bagi pasien oleh pihak keluarga.
A - Agama, berdoa, atau jika beragama Islam, shalat, zikir, sedekah, dan silaturrahim
S- Sehat, Simulasi-Stimulasi. Pasien dan keluarga diberi stimulasi dengan misalnya memberikan kisah-kisah inspiratif untuk membangkitkan semangat pasien maupun kepedulian keluarga untuk merawat pasien.