Geriatri.id - Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan perangkat yang membantu kerabat atau perawat orang lanjut usia (lansia) dengan pemanfaatan teknologi RFID.
RFID merupakan kependekan dari Radio Frequency Identification. Komponennya terdiri atas tag (penerima sinyal), reader (pembaca dan pemroses), serta antenna (pemancar sinyal dari reader).
Lansia) adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Umumnya lansia cenderung mengalami berbagai gangguan fungsi fisik dan mental, terutama di usia 70 tahun ke atas.
Gangguan yang sering dialami lansia adalah kesulitan bergerak (imobilitas), kondisi tubuh tidak seimbang (instabilitas), penurunan fungsi berpikir dan demensia.
Permasalahan tersebut yang membuat lansia harus memiliki perlakuan pendampingan khusus dari orang terdekatnya.
Kondisi yang paling dikhawatirkan adalah lansia tiba-tiba terjatuh atau tersesat karena pikun.
Karena itu lansia perlu dimonitor keadaannya setiap saat karena kondisi malafungsi fisik dan mental bisa terjadi kapan saja.
Namun, kenyataannya terkadang orang sekitar memiliki berbagai keterbatasan untuk menjaga lansia selama seharian penuh sehingga diperlukan perangkat khusus.
“Sistem penjagaan lansia biasanya penanganannya menggunakan deteksi jatuh pakai akselerator dan giroskop. Akan tetapi, kedua komponen ini kekurangannya adalah tidak nyaman dipakai dan perlu power supply yang lumayan besar,” ujar Robithoh Annur, S.T., M. Sc., Ph.D., dosen STEI ITB dengan kelompok keahlian informatika dikutip dari laman itb.ac.id, Selasa 4 Juli 2023.
Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia
Perangkat yang dikembangkan Robithoh memiliki kemampuan mengirimkan sinyal ke tag kemudian mengirimkannya kembali ke reader untuk menangkap informasi yang diterima dari tag itu.
RFID sangat berguna karena bisa bekerja secara nirkabel (wireless). Penjaga lansia tidak perlu merasa khawatir bila tidak berada di dekatnya setiap saat.
Cara kerja yang diterapkan Robithoh adalah dengan memasang sebuah tag pada pakaian lansia. Tag itu akan mendapatkan informasi berupa posisi dan kondisi lansia di dalam ruang.
Posisi lansia dicatat dengan memanfaatkan konversi kekuatan sinyal yang diterima kembali server menjadi satuan jarak.
Kondisi tubuh yang ditinjau untuk mengetahui keadaan lansia apakah sedang berdiri, berjalan, jongkok, terlentang, atau terjatuh.
Ketika ada tanda terjatuh, penjaga lansia bisa dengan mudah menemukan di mana lokasi jatuh melalui sistem monitoring yang dimiliki.
Tag sensor yang digunakan dalam riset Robithoh merupakan jenis passive tags dengan keunggulan bisa dicuci.
Dengan kemampuan itu, tag bisa dijahit langsung pada pakaian lansia sehingga nyaman untuk dipakai.
Beberapa tag dipasang pada beberapa bagian tubuh lansia untuk mendeteksi kondisi mereka secara real-time dengan menggunakan machine-learning.
Baca Juga: 5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi
Menurut Robithoh, keuntungan menggunakan RFID adalah mampu bertahan pada berbagai keadaan temperatur bahkan keadaan berlumpur, basah, hingga berdarah.
Keunggulan lainnya, perangkat ini nyaman digunakan karena berbasis nirkabel sehingga mudah untuk digunakan.***
Ilustrasi - Lansia.(Pixabay)
Video Lansia Terbaru: