*Oleh Husna Sabila
Geriatri.id - Ketika disebut kata ’pikun’, pasti yang terbayang di benak kita adalah “lupa” dan “sudah tua”. Saking seringnya, 'pikun’ bahkan dijadikan candaan untuk melabeli seseorang yang lupa walaupun belum tua.
Faktanya, ternyata ‘lupa’ dan ‘pikun’ adalah dua istilah yang berbeda. Lupa adalah kondisi gangguan memori yang bersifat sementara, sedangkan pikun lebih dari sekadar itu.
Menurut Daniel Schacter dari Universitas Harvad, ada beberapa jenis lupa dan penyebabnya.
Pertama, lupa yang disebabkan karena ingatan yang memudar. Kedua, karena adanya distraksi atau gangguan.
Adanya gangguan ini akan menyebabkan fokus kita teralihkan dari hal yang seharusnya diingat dan terfokus pada gangguan-gangguan tersebut.
Terakhir, lupa yang muncul karena adanya blocking yaitu kondisi saat kita berusaha mengingat kembali memori yang kita miliki, namun kesulitan menamainya.
Sebagai contoh, ketika kita ingin mengucapkan nama suatu barang yang sangat lekat dalam ingatan kita, namun lidah kita tidak mampu untuk menyebutkan namanya.
Fenomena lupa ini sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia, bertambahnya memori, dan menurunnya kemampuan kognitif pada seseorang.
Scara umum, seseorang yang lupa dapat mengingat kembali hal yang dilupakannya dengan melatih memori atau ingatannya.
Adapun pikun merupakan gabungan antara penurunan fungsi fisiologis otak dan perilaku. Dr. dr. Ninik Mudjihartini, M.S. menjelaskan bahwa pikun adalah gangguan menurunnya kemampuan berpikir secara drastis.
“Pikun bukan gejala normal dari penuaan. Yang merupakan gejala normal dari proses penuaan adalah lupa” jelas dr. Ninik, seperti dikutip dari Republika.co.id.
Baik lupa maupun pikun merupakan bentuk perubahan fungsi kognitif. Merujuk pada laman Texas Health and Human Services, terdapat beberapa hal yang membedakan antara tanda perubahan kognitif normal penuaan dan perubahan yang patut diwaspadai.
|
Tanda Penuaan Normal |
Tanda yang Perlu Diwaspadai |
|
Terkadang lupa suatu nama, letak suatu barang, namun akan mengingatnya kembali nanti |
Membutuhkan pengingat yang terjadwal dan teratur dalam mengingat dan melakukan hal sehari-hari |
|
Melakukan kesalahan sesekali dalam mengorganisir urusan rumah tangga atau melakukan pembayaran tagihan |
Kesulitan mengikuti urutan melakukan sesuatu yang sebelumnya familiar dilakukan |
|
Sesekali mengalami kesulitan dalam pemilihan dan penggunaan kata/kalimat yang tepat |
Kesulitan dalam menggunakan kata/kalimat yang biasa digunakan sehari-hari. Kesulitan dalam mengikuti obrolan atau percakapan |
|
Lupa dan salah meletakan benda, harus mengingat kembali/flashback untuk menemukan benda yang dicari |
Meletakkan benda di tempat yang tidak biasa (contoh: meletakan kunci rumah di dalam kulkas). Kehilangan benda dan tidak bisa mengingatnya kembali. |
Ketika tanda-tanda yang perlu diwaspadai terlihat pada keseharian lansia, ada baiknya melakukan konsultasi lebih lanjut kepada dokter guna mengetahui diagnosa dan treatment yang mungkin diperlukan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fenomena ‘lupa serta pikun pada lansia’, ikuti program bincang-bincang Lansia Online (LOL) yang akan membahas topik ini langsung dari pakarnya, yaitu dr. Rahmah Safitri Meutia, Sp..PD., K-Ger FINASIM., pada hari Sabtu tanggal 19 Februari 2022, Pukul 13.00-14.00 WIB. Acara ini akan ditayangkan secara langsung melalui Facebook/Geriatri.Indonesia dan Youtube/Geriatri TV.
Video Lansia