Geriatri.id - Keputusan pemerintah untuk membatalkan pemberangkatan haji 2021 sudah diumumkan.
Dampak pembatalan ini membuat para jemaah, khususnya lansia merasa kecewa. Tidak hanya itu, para lansia juga merasa sedih karena gagal berangkat.
“Yang sedih gagal berangkat bukan hanya yang berangkat, tapi juga keluarga dan sekitarnya,” ujar dr. Probosuseno, Sp.PD-Kger (K) dalam acara webinar Problematika Pada Lansia, 08/06/2021.
Sudah menjadi keinginan setiap orang memiliki keinginan untuk hidup bahagia dan mati masuk surga.
Bagi mereka umat Islam, salah satu cara mencapai surga adalah dengan naik haji. Namun dengan pembatalan haji 2021 ini, harapan itu menjadi tertunda.
Akibatnya bagi mereka yang lansia, ada perasaan marah, kecewa, sedih dan ketakutan.
Perasaan marah yang terbawa pada sekitar, ketakutan mengenai umur. Hal-hal ini yang membuat kesehatan lansia menjadi menurun.
Keputusan pemerintah untuk menunda pemberangkatan haji sebenarnya bisa dipahami.
Saat ini, pandemi Covid-19 masih belum selesai di seluruh dunia. Dan memberangkatkan haji akan menimbulkan resiko cukup besar bagi lansia.
Untuk itu, bagi lansia yang tertunda keberangkatannya sebaiknya tetap menjaga kesehatan sampai jadwal berikutnya.
Penyakit-penyakit seperti obesitas, osteo artritis, diabetes melitus bisa diperbaiki dan diobati dulu.
“Perbaiki dulu kondisi yang memengaruhi panjangnya usia,” ujarnya lagi.
Jika lainsia ingin panjang umur, baiknya untuk jangan merokok, tidak cemas dan bahagia. Selama menunggu juga, lansia tetap jaga kesehatan dan stamina.
Untuk lansia yang secara ekonomi cukup, bisa melakukan umroh.
Selain itu, bagi mereka yang tertunda sebaiknya menjaga otak agar tidak mengalami kemunduran, terutama kemunduran dalam berfikir.
Gagal mendapatkan sesuautu yang tidak disukai dan kehilangan yang disenangi, bisa berdampak pada kemampuan berfikir lansia.
Perasaan kecewa dan sedih juga bisa berdampak pada kerusakan organ yang lebih luas, jantung, otak dan ginjal. Tidak hanya itu, sistim imun atau kekebalan tubuh juga bisa kacau.
Menurut beberapa riset, stress bisa memicu gula naik dan denyut jantung meningkat. Sehingga dapat menimbulkan masalah sampai akhirnya bisa jadi sakit.
Gangguan-gangguan akibat pemikiran itu bisa memengaruhi fungsi organ secara umum.
Saran terbaik untuk mengatasi problematik ini adalah dengan menghilangkan atau menjauhi si pembuat masalah.
Tidak hanya itu, menata hati seperti relaksasi, zikir, dan sedekah bisa menjadi obat hati yang kecewa.
Lansia juga bisa melakukan, yang disebut dr. Probo sebagai psikoreliigius, yaitu dengan melakukan silaturahmi.
Dalam hal ini silaturahmi kepada jamaah lain yang juga gagal berangkat.
Cara lain lagi dengan mensyukuri dan sabar terhadap semua kejadian dalam hidup ini.
Tidak lupa pula untuk tetap melakukan amalan lain seperti sedekah dan berpuasa. Cara terakhir paling ampuh adalah dengan menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.***(Dewi Retno untuk Geriatri.id)
Video Lansia: