Geriatri.id - Para peneliti telah mengungkapkan, umur panjang lebih dari sekadar genetika. Penelitian telah menunjukkan bahwa gen biasanya hanya membentuk 20%-35% dari diagram lingkaran yang menentukan bagaimana kita menua.
Selain itu, pilihan gaya hidup juga ikut menentukan. Ada beberapa pilihan gaya hidup yang dinilai dapat berkontribusi terhadap umur panjang. Berikut adalah tiga faktor tak terduga yang berperan dalam berapa lama kita hidup, menurut penelitian terbaru.
1. Bersosialisasi
Sebuah penelitian yang diterbitkan Aging Clinical and Experimental Research mengungkapkan, rajin bersosialisasi dapat memperpanjang umur.
Para peneliti menganalisis data pada 292 centenarian (lansia berusia 100 tahun ke atas) di Selandia Baru, bersama dengan data lebih dari 103.000 orang lanjut usia dengan usia rata-rata sekitar 82 tahun, memeriksa tingkat depresi, demensia, diabetes dan hipertensi, merokok, aktivitas fisik, dan hubungan sosial.
Hasilnya mengungkapkan, tingkat keterlibatan sosial yang tinggi dan stabil, memainkan peran penting bagi para lansia untuk mencapai usia 100 tahun ke atas (umumnya adalah kaum perempuan).
"Tingkat keterlibatan sosial yang tinggi dan stabil dikaitkan dengan pencapaian status centenarian, bebas dari penyakit kronis umum dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua," ujar seorang peneliti seperti dikutip www.mdlinx.com.
"Keterlibatan sosial didefinisikan sebagai meninggalkan rumah Anda secara fisik dan berinteraksi dengan orang lain selain anggota keluarga Anda. Ini bisa berkisar dari kegiatan seperti pergi ke konser atau bermain olahraga, hingga menjadi sukarelawan," tambah salah satu penulis studi.
Berita Lansia:
LANSIA ONLINE, Kelas Kesehatan dari Rumah
Bila Lansia Sakit, Begini Cara Tepat Merawatnya
3 Kunci Sukses Agar Lansia Sehat, Apa Saja?
Menjadi Lansia Sehat dan Bahagia Tanpa Kerentaan
2. Tempat Tinggal
Saat Anda memilih tempat tinggal, umur panjang mungkin tidak menjadi pertimbangan Anda.
Namun, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health, lingkungan tempat Anda tinggal dapat memengaruhi berapa lama Anda hidup.
Para peneliti memeriksa data pada 144.665 orang berusia 75 tahun atau lebih, yang meninggal karena sebab apa pun di negara bagian Washington antara 2011-2015.
Peneliti melihat informasi tentang jenis kelamin, ras, pendidikan, status perkawinan, dan lokasi tempat tinggal pada saat kematian.
Para peneliti menemukan berbagai faktor yang terkait dengan peningkatan umur panjang.
Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan seseorang mencapai usia 100 tahun atau lebih antara lain adalah perempuan, memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi, dan menjadi janda, tidak pernah menikah, atau bercerai/berpisah pada saat meninggal. Dan, yang menarik, para peneliti menemukan bahwa hidup di daerah tertentu dikaitkan dengan umur yang lebih panjang.
"Tinggal di daerah yang dapat dikategorikan sebagai 'dapat dilalui dengan berjalan kaki' dapat menambah tahun hidup Anda," kata penulis studi tersebut.
Mereka yang tinggal di lingkungan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki cenderung memiliki akses yang baik ke transportasi umum, makanan sehat, rumah sakit, dan layanan lainnya.
Orang-orang ini biasanya lebih sering berjalan kaki dan bersepeda, yang dapat membantu menghemat uang dan meningkatkan kesehatan fisik.
Faktanya, tinggal di daerah seperti ini telah terbukti meningkatkan aktivitas fisik hingga 30%, menurut penelitian tersebut.
Di luar ini, para peneliti menemukan bahwa hidup di antara lebih banyak usia kerja (15-64 tahun) juga mempengaruhi umur panjang.
Artinya, tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan mungkin lebih baik untuk umur panjang.
Mereka mengemukakan hal ini mungkin karena fakta bahwa kaum muda biasanya meninggalkan daerah pedesaan untuk mencari peluang ekonomi di kota, sehingga kurang mendukung dan lebih sedikit layanan untuk orang tua yang tertinggal di pedesaan.
3. Bersikap optimis
Melihat sisi cerah dapat membuat hidup lebih lama. Demikian menurut sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, hal itu dapat memperpanjang hidup Anda juga.
Berdasarkan studi tersebut, optimisme dikaitkan dengan tingkat penyakit kronis yang lebih rendah.
Kesimpulan itu didapat, setelah para peneliti mengamati data kesehatan dan kematian pada 69.744 wanita dan 1.429 pria, semuanya menyelesaikan penilaian optimisme.
Umur panjang yang luar biasa didefinisikan sebagai hidup sampai 85 tahun atau lebih, dan hasilnya disesuaikan dengan faktor demografis dan kesehatan, serta peran dari perilaku kesehatan.
Mereka menemukan bahwa wanita yang mendapat skor tertinggi pada penilaian optimisme mereka hidup 14,9% lebih lama dibandingkan mereka yang mendapat skor terendah.
Demikian pula, pria dengan peringkat optimisme tertinggi memiliki umur 9,8% lebih lama dibandingkan dengan pria yang paling tidak optimis.
Secara keseluruhan, mereka yang mendapat skor tertinggi dalam penilaian optimisme memiliki peluang 1,5 (wanita) dan 1,7 (pria) lebih besar untuk hidup hingga usia 85 tahun.
Para peneliti menyimpulkan, optimisme merupakan sumber psikososial penting untuk memperpanjang masa hidup pada orang dewasa yang lebih tua.***
(Geriatri.id)
Ilustrasi lansia bersosialisasi (shutterstock)
Video Lansia: