Geriatri.id--Seiring bertambahnya usia, manusia mengalami penurunan struktur dan fungsi tubuh, kemampuan kognitif maupun status mental. Bahkan kadang juga terjadi perubahan pada saluran pencernaan. Meski mengalami berbagai perubahan pada tubuh, memenuhi kebutuhan gizi tetap penting untuk dilakukan oleh lansia.
Pergemi untuk Negeri, Geri-Covid Webinar Series kali ini mengangkat tema Masalah Nutrisi pada Lansia Selama Pandemi. dr. Dina Aprillia SpPD., K-Ger membahas tema Menjaga Berat Badan Lansia selama Pandemi untuk webinar, Sabtu (24/04/2021).
Pergemi untuk Negeri adalah persembahan bagi lansia di masa pandemi COVID-19. Upaya ini sekaligus mendorong warga lanjut usia untuk segera memperoleh vaksin yang tengah dilakukan oleh pemerintah. Rangkaian webinar ini berlangsung setiap pekan hingga Mei 2021 melalui aplikasi daring ZOOM. Pendaftaran melalui www.bit.ly/webinarPERGEMI2021 atau menghubungi WA https://s.id/WAGeriatri.
Pada usia lanjut, perubahan yang terjadi pada tubuh karena proses menua. Perubahan ini bisa berupa perubahan saluran cerna, komposisi tubuh, masalah gigi, masalah penurunan kekebalan tubuh, perubahan sensorik, penurunan nafsu makan dan perubahan pengaturan asupan energi. Akibatnya memengaruhi fungsi organ tubuh seperti penurunan massa otot dan penurunan massa tulang.
Pada usia lanjut terjadi penurunan dari massa otot, ototnya mengecil dan strukturnya mengalami perubahan, sarkopenia, penurunan massa dan fungsi otot. Dengan adanya penurunan massa otot, maka fungsi otot juga berkurang. Akibatnya menyebabkan gangguan pada aktivitas harian, gangguan mobilitas dan menurunkan kualitas hidup.
Sarkopenia adalah penurunan massa dan kekuatan otot yang menyebabkan performa aktivitas fisik berkurang. Sarkopenia terjadi karena malnutrisi yang terjadi pada lansia. Jika tidak ditangani akan menyebabkan physical frailty atau kerentaan. Kerentaan bisa dilihat dari penurunan berat badan, kelemahan, kelelahan, perlambatan cara berjalan dan aktivitas yang berkurang. Untuk mengetahui status kecukupan gizi lansia, maka dilakukan Comprehensive geriatric Assessment atau pengkajian paripurna pasien usia lanjut untuk menilai status gizinya.
Pada lansia juga bisa menderita sarcopenic obesity, dimana terdapat perubahan pada lemak tubuh dan timbul lemak ektopik. Lemak-lemak ektopik ini ada di intra muscular dalam otot, hati, pankreas, subkutan, jantung dan perut. Jika ada kondisi seperti ini bisa terjadi penurunan massa otot dan kekuatan otot. Keadaan yang cukup bahaya pada usia lanjut.
Oleh karena itu lansia idealnya harus tetap menjaga berat badan. Menjaga tubuh tidak mengalami kelebihan atau kekurangan berat badan. Karena berat badan yang tidak ideal bisa menimbulkan penyakit apalagi pada lansia. Harus berhati-hati karena kelebihan atau kekurangan berat badan memiliki dampak langsung pada kesejahteraan lansia.
Salah satunya obesitas bisa menjadi faktor resiko utama untuk diabetes tipe 2 dan jantung. Membatasi aktivitas sehari-sehari, mobilisasi terganggu, pergerakan terbatas akibat ketegangan pada sendi ekstremitas bawah. Selain itu juga meningkatkan resiko penyakit pernapasan, mudah sesak napas, nyeri sendi dan kondisi kulit.
Sementara jika terjadi penurunan berat badan akan beresiko patah tulang. Dapat juga menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga rentan terhadap infeksi. Resiko defisiensi vitamin dan mineral pada tubuh. Akibatnya penurunan kondisi kesehatan yang bisa menurunkan kualitas hidup.
Otot yang menua bisa menurunkan kekuatan, perubahan berat badan dan penurunan massa otot. Lansia dianjurkan untuk berolahraga secara terartur seperti latihan kekuatan otot. Sehingga aktivitas olahraga ini juga dapat membantu menurunkan berat badan. Waktu berolahraga bisa dibagi menjadi 5 hari dalam seminggu. Atau jika olahraga yang dilakukan adalah aktivitas fisik berat, maka 3 hari dalam seminggu durasi minimal 10 menit, cukup.
Yang paling penting pada lansia adalah melakukan olahraga yg disuka, seperti jalan santai, berenang atau jogging. Olahraga pada lansia sebaiknya di awal-awal diberikan intensitas latihan ringan sehingga tidak memberatkan. Bisa juga melakukan olahraga untuk memperbaiki masa otot, dengan melakukan olahraga yang bersifat progressive resistensi training dan otot.
Dengan demikian dharapkan dapat melatih kekuatan otot. Bisa dikombinasi dengan latihan yg bersifat aerobic untuk melatih jantung. Jika ingin tetap berolahraga di bulan Ramadan, baiknya dilakukan menjelang berbuka puasa. Setelah latihan 1 bulan maka bisa dilihat komposisi tubuh, sampai tercapai kondisi normal pada lansia. (Dewi Retno untuk Geriatri.id | Foto Pixabay)