Geriatri.id - Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin terus mewaspadai masuknya virus mutasi baru dari India. Dalam jumpa pers virtual yang bertema Perkembangan Perekonomian Terkini dan Kebijakan PC-PEN, 23/04/2021, Menkes Budi memaparkan lebih jauh mengenai mutasi virus ini.
Seperti diketahui, saat ini di India terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang sangat besar. Menkes Budi menyebutkan ada 2 hal utama yang menyebabkan lonjakan ini. Yang pertama adalah adanya mutasi virus yang disebut B117, yang penyebarannya sangat cepat. Selain itu kelonggaran protokol kesehatan yang terlalu cepat dilakukan.
Untuk itu, untuk mengantisipasi hal tersebut, Menkes meminta kepada masyarakat untuk terus menjalankan protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi. “Segera bawa lansia-lansia ke tempat vaksinasi karena memiliki resiko yang paling besar untuk terpapar,” imbuhnya.
Dijelaskan oleh Menkes di Indonesia sendiri kasus konfirmasinya menurun cukup jauh dibandingkan awal tahun. Namun, penurunan ini jangan menjadi lengah, harus tetap waspada dan tetap menjalankan prokes sesuai yang diterapkan. Karena melihat trend yang terjadi setelah liburan paskan, ada kenaikan kasus meskipun sedikit.
Menkes memaparkan ada kenaikan jumlah pasien di beberapa RS Pemerintah. Ia mencontohkan di Sumatra sejak bulan April ada kenaikan, Jakarta dan Jawa Barat juga. Meskipun kenaikan ini belum sampai menyebabkan kekurangan tempat tidur, namun tetap harus waspada. Oleh karena itu, Menkes meminta untuk penerapan PPKM Mikro terus dilakukan, karena terbukti bisa menurunkan mobilitas besar-besaran.
Sementara mengenai mutasi virus baru yang saat ini terjadi di India, Menkes menjelaskan sejak bulan Januari Indonesia sudah agresif melakukan tes whole genome sequencing. Whole atau Full Genome Sequencing adalah proses meneliti hampir semua atau keseluruhan sekuens DNA dari genome organisme tertentu pada satu waktu.
Indonesia sendiri sudah melakukan sekitar 1000 test ini. Hasilnya ditemukan varian yang masuk dalam variant of concern WHO, virus yang bermutasi di India dan Eropa, B117. Virus ini penularannya sangat cepat dan mutasi virus sering dan banyak sekali. Di Indonesia ditemukan pada 1 orang yang masuk di bulan Januari.
Menkes menyebutkan ada 3 mutasi yang masuk dalam variant of concern WHO, yaitu B117 yang di London, B1351 di Afrika Selatan dan P1 di Brazil. Sejauh ini varian yang ditemukan pada 1 orang terinfeksi masuk ke Indonesia adalah B117.
Untuk mengantisipasi bertambah luasnya varian B117 ini, pemerintah akan mempercepat program vaksinasi. Selain itu pemerintah juga meminta masyarakat tetap melakukan protokol kesehatan dan berhati-hati. “Sehingga kalau nanti VOC B117 makin besar prosinya, kita siap,” tambah Budi.
Pihaknya juga sudah mengantisipasi kedatangan-kedatangan pekerja migran dari luar Indonesia. Menurut Menkes, varian B117 yang masuk ke Indonesia datang dari seseorang yang baru tiba dari Saudi Arabia. Oleh karena itu, pendatang-pendatang yang dari negara-negara Asia Selatan dan harus diwaspadai.
Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan sendiri sudah melakukan test pada 127 WNA yang masuk dari India beberapa waktu lalu. Dan ditemukan 12 penumpang positif terinfeksi varian B117. Saat ini sudah dilakukan whole genome sequencing test namun belom keluar hasilnya.
Selain itu aturan mengenai keluar masuknya WNI juga diperketat. Untuk mereka yang pernah mengunjungi wilayah terpapar dalam 14 hari terakhir dan masuk ke Indonesia, harus menjalani karantina 14 hari, PCR test 2x, pada saat datang dan pergi.
Untuk vaksinasi, saat ini dari 26,2 juta stok vaksin nasional, sudah disuntikkan sebanyak 18 juta vaksin. Sehingga total stok yang ada masih 8 juta vaksin, dimana 3 juta vaksin adalah produksi baru BioPharma dan sudah dikirim ke daerah. Dengan laju vaksinasi saat ini yaitu sekitar 400.000/hari, kemungkinan vaksin akan habis dalam waktu kurang dari 1 bulan.
Meski demikian, Menkes memastikan BioPharma akan bisa menyelesaikan produksi barunya tepat waktu. Karena siklus produksi BioPharma adalah 1 bulan dari diterimanya bahan baku. Sementara Indonesia baru saja menerima bahan baku vaksin Sinovac 59,5 juta dosis, 18/04/2021.
Sedangkan dari total vaksin yang diharapkan 426 juta, sebanyak 225 juta sudah confirm dan menunggu jadwal pengiriman. Dimana jadwal pengiriman bisa tergantung dari prioritas negara-negara produsen, transportasi dan logistik.
Menkes juga menjelaskan soal perkembangan vaksin dalam negeri. Menurunya, sudah ada 7 lembaga penelitian dan perguruan tinggi yg sudah melaksanakan proses penyusunan vaksin dalam negri kerjasama dengan BPOM. “DIharapkan 2022 sudah masuk, Eijkman dan Biopharma, Unair dan biotis,” imbuhnya. (Dewi Retno untuk Geriatri.id)