Geriatri.id--Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya kepadatan tulang. Hal ini menyebabkan tulang menjadi keropos dan mudah patah. dr. Bagus Putu Purta Suryana SpPD-KR dalam webinar Building a Fairer, Healthier Day, by Doing Physical Activity 07/04/2021 memaparkan osteoporosis ini sering tidak bergejala dan baru ketahuan jika sudah mengalami patah tulang karena terpeleset.
Menurut dr. Bagus yang juga Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi), osteoporosis terjadi pada 1 diantara 3 wanita di atas 50 tahun.
Sementara untuk laki-laki osteoporosis terjadi pada 1 di antara 5 laki-laki.
Karena tidak bergejala, orang yang menderita osteoporosis biasanya baru mengetahui setelah mengalami nyeri, ketidakmampuan beraktivitas, perubahan bentuk dan bahkan kematian pada kasus yang berat.
Lansia atau orang lanjut usia banyak yang mengalami ketidakmampuan beraktivitas atau ketergantungan pada orang lain.
Sebanyak 26% dari lansia di Indonesia, mengalami hal ini dan menurut dr. Bagus, ini adalah angka yang cukup besar.
Cukup banyak yang mengalami ketidakmampuan beraktivitas atau disabilitas 26% itu angka besar, ketergantungan pada orang lain.
Apalagi pada masa pandemi ini, aktivitas fisik pada masyarakat berkurang 33,5%, karena adanya pembatasan aktivitas.
Lalu, apakah osteoporosis bisa dicegah? Menurut dr. Bagus, pencegahan osteoporosis baiknya dilakukan sejak dini.
Caranya adalah dengan meningkatkan Kalsium yang penting untuk kesehatan tulang.
Di Indonesia, asupan kalsium dalam diet masyarakat Indonesia kurang dari 400mg/hari.
Padahal harusnya harusnya paling sedikit adalah 1000mg/hari.
Selain Kalsium, Vitamin D juga penting untuk kesehatan tulang. Kedua vitamin dan mineral ini berlimpah sumbernya di Indonesia dalam bentuk makanan, sayuran dan buah-buahan.
Bagi orang dengan usia di atas 50 tahun, kebutuhan kalsium adalah 1000mg/hari sementara Vitamin D 600IU/hari.
Sayangnya, jumlah ini masih belum bisa terpenuhi dan kesempatan bagi pemerintah untuk terus mengkampanyekan soal ini.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Ketua dan Pendiri Komunitas Lansia Sejahtera Surabaya, dr. Siti Pariani, MS., MSc., PhD., FISPH, FISCM, tentang lansia sehat dan menjalani aktifitas mandiri.
Nutrisi bagi lansia untuk mencegah jangan sampai osteoporosis haruslah seimbang dan beragam. Nutrisi yang terdiri dari karbohidrat, protein, serat, mineral seperti zat besi dan kalsium.
Sementara untuk aktivitas mandiri dr. Siti fokus kepada lansia terlantar yang ada di ekonomi atas.
Karena menurutnya adanya post power syndrome pada lansia ekonomi atas membuar mereka malas bergerak.
Berbeda dengan lansia terlantar yang ada di ekonomi bawah, adanya program pemerintah, membuat mereka masih mau bergerak.
dr. Siti menambahkan lansia itu sendiri memiliki tantangan seperti tidak mandiri, membutuhkan pengasuh, penyakit bermacam-macam kognisi dan fungsional yang menurut.
Oleh sebab itu, aktifitas fisik pada lansia itu penting dilakukan agar otot tidak menjadi lembek dan kecil, kepadatan tulang berkurang dan sendi kaku karena tidak digerakkan.
Karena dengan aktif bergerak akan memberikan rangsangan kepada tulang untuk aktif juga, sehingga akan menyehatkan tulang
Lalu bagaimana aktivitas fisik yang baik untuk lansia?
Menurut dr. Siti, yang harus diperhatikan adalah tujuan aktivitas ini adalah untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot, juga memperbaiki kesimbangan sehingga tidak mudah jatuh. dr. Bagus mencontohkan olahraga yang memiliki tahanan ringan seperti aerobik, bisa dilakukan selama 30-60 menit setiap hari. Tentu saja perlu mendapatkan pengawasan medis.
Menurut dr. Bagus, aktivitas fisik penting dilakukan secara teratur dengan frekuensi yang teratur.
Karena adanya pandemi, maka aktifitas lansia banyak dilakukan di dalam rumah. Untuk itu diperlukan perhatian khusus juga untuk kondisi rumah tidak boleh terlalu gelap, jauhkan dari tempat yang tidak rata, kabel di dalam rumah tidak berantakan yang bisa membuat lansia jatuh.
Bagi lansia aktivitas fisik penting, tidak boleh ada stress.
Sementara menurut dr. Riskiyana Sukandhi Putra M. Kes, Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementrian Kesehatan RI, aktifitas fisik yang dilakukan oleh lansia harus berprinsip BBTT (Baik, Benar, Terukur dan Teratur). Dimana aktivitas fisik harus dilakukan dengan benar, menyusun aktivitas mulai dari pemanasan, aktivits dan pendinginan. Melakukan dengan terukur, ada denyut nadi yang harus dibtasi supaya tidak melampau kemampuan daripada kondis yang bersangkutan.
Baik dr. Siti maupun dr. Bagus sepakat osteoporosis bisa dicegah sejak dini dengan kalsium dan vitamin D yang cukup. Karena osteoporosisi tidak hanya menyerang lansia, tapi anak-anak juga bisa terkena. Makanya dianjurkan sejak dini untuk menabung kalsium, sehingga ketika mencapai usia lanjut, simpanan kalsium kita banyak.***(Dewi Retno untuk Geriatri.id | Foto Pixabay)