Geriatri.id--Pemerintah mulai melaksanakan vaksinasi COVID-19 di Indonesia pada Rabu 13 Januari 2021. Pemberian vaksin COVID-19 harus mempertimbangkan berbagai hal, seperti usia dan penyakit penyerta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah mengeluarkan rekomendasi tentang pemberian vaksinasi COVID-19 (Sinovac/Inactivated) pada pasien dengan penyakit penyerta/komorbid pada 18 Desember 2020 lalu.
“Rekomendasi disusun spesifik untuk Sinovac, sehingga dapat berubah sesuai dengan perkembangan laporan data uji klinis Sinovac tersebut,” demikian tertulis dalam surat rekomendasi yang ditandatangani Ketua Umum Papdi Dr. dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP.
Penerima vaksin Covid-19 adalah dewasa sehat usia 18-59 tahun. Peserta menerima penjelasan dan menandatangani Surat Persetujuan setelah Penjelasan. Peserta juga harus menyetujui mengikuti aturan dan jadwal imunisasi.
Vaksin Covid-19 tidak diberikan apabila:
1. Pernah terkonfirmasi dan terdiagnosis COVID-19.
2. Mengalami penyakit ringan, sedang atau berat, terutama penyakit infeksi dan/atau demam (suhu ≥37,5°C, diukur menggunakan infrared thermometer/thermal gun).
3. Peserta wanita yang hamil, menyusui atau berencana hamil selama periode imunisasi (berdasarkan wawancara dan hasil tes urin kehamilan). 4. Memiliki riwayat alergi berat terhadap vaksin atau komposisi dalam vaksin dan reaksi alergi terhadap vaksin yang parah seperti kemerahan, sesak napas dan bengkak.
5. Riwayat penyakit pembekuan darah yang tidak terkontrol atau kelainan darah yang menjadi kontraindikasi injeksi intramuskular.
6. Adanya kelainan atau penyakit kronis (penyakit gangguan jantung yang berat, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, diabetes, penyakit ginjal dan hati, tumor, dll) yang menurut petugas medis bias mengganggu imunisasi sesuai keadaan kelayakan kondisi khusus.
7. Subjek yang memiliki riwayat penyakit gangguan sistem imun seperti respon imun rendah (atau subjek yang pada 4 minggu terakhir sudah menerima terapi yang dapat menganggu respon imun (misalnya immunoglobulin intravena, produk yang berasal dari darah, atau terapi obat kortikosteroid jangka panjang (> 2 minggu)).
8. Memiliki riwayat penyakit epilepsi/ayan atau penyakit gangguan saraf (penurunan fungsi sistem saraf) lainnya.
9. Mendapat imunisasi apapun dalam waktu 1 bulan kebelakang atau akan menerima vaksin lain dalam waktu 1 bulan kedepan.
10. Berencana pindah dari wilayah domisili sebelum jadwal imunisasi selesai.
Secara lebih detail, berikut jenis penyakit yang bisa dan tidak bisa mendapat vaksin Covid-19. (ymr)
|
PENYAKIT |
KELAYAKAN VAKSINASI COVID-19 |
CATATAN |
|---|---|---|
|
Reaksi anafilaksis (bukan akibat vaksinasi Covid) |
Layak |
Jika tidak terdapat bukti reaksi anafilaksis terhadap vaksin Covid ataupun komponen yang ada dalam vaksin Covid sebelumnya, maka individu tersebut dapat divaksinasi Covid. Vaksinasi dilakukan dengan pengamatan ketat dan persiapan penanggulangan reaksi alergi berat. Sebaiknya dilakukan di layanan kesehatan yang mempunyai fasilitas lengkap |
|
Alergi obat |
Layak |
Pasien dengan alergi obat dapat diberikan vaksinasi Covid. Namun harus diperhatikan pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik neomicin, polimiksin, streptomisin, dan gentamisin perlu menjadi perhatian terutama pada vaksin yang mengandung komponen antibiotik tersebut |
|
Alergi makanan |
Layak |
Alergi makanan tidak menjadi kontraindikasi dilakukan vaksinasi Covid |
|
Asma bronkial* |
Layak |
Asma bronkial yang terkontrol dapat diberikan vaksinasi Covid. Jika pasien dalam keadaan asma akut disarankan untuk menunda vaksinasi sampai asma pasien terkontrol baik |
|
Rhnitis alergi |
Layak |
Rinitis tidak menjadi kontraindikasi untuk dilakukan vaksinasi Covid |
|
Urtikaria |
Layak |
Jika tidak terdapat bukti timbulnya urtikaria akibat vaksinasi Covid, maka vaksin layak diberikan. Jika terdapat bukti urtikaria, maka menjadi keputusan dokter klinis untuk pemberian vaksinasi Covid. Pemberian antihistamin dianjurkan sebelum dilakukan vaksinasi |
|
Dermatitis atopi |
Layak |
Dermatitis atopi tidak menjadi kontraindikasi untuk dilakukan vaksinasi |
|
Penyakit Paru Obstruktif Kronik |
Layak |
PPOK yang terkontrol dapat diberikan vaksinasi Covid. Pasien dalam kondisi PPOK eksaserbasi akut disarankan menunda vaksinasi sampai kondisi eksaserbasi teratasi |
|
Tuberkulosis |
Layak |
Pasien TBC dalam pengobatan layak mendapat vaksin Covid minimal setelah dua minggu mendapat Obat Anti Tuberkulosis |
|
Kanker Paru |
Layak |
Pasien kanker paru dalam kemoterapi/terapi target layak mendapat vaksinasi |
|
Interstitial lung disease |
Layak |
Pasien ILD layak mendapatkan vaksinasi Covid jika dalam kondisi baik dan tidak dalam kondisi akut |
|
Penyakit hati |
Layak |
• Vaksinasi kehilangan keefektifannya sejalan dengan progresifisitas penyakit hati. Oleh karena itu, penilaian kebutuhan vaksinasi pada pasien dengan penyakit hati kronis sebaiknya dinilai sejak awal, saat vaksinasi paling efektif/respons vaksinasi optimal. • Jika memungkinkan, vaksinasi diberikan sebelum transplantasi hati. • Inactivated vaccine lebih dipilih pada pasien sirosis hati |
|
Diabetes Melitus |
Layak |
Penderita DM tipe 2 terkontrol dan HbA1C di bawah 58 mmol/mol atau 7,5% dapat diberikan vaksin |
|
Obesitas |
Layak |
Pasien dengan obesitas tanpa komorbid yang berat |
|
Nodul tiroid |
Layak |
Jika tidak terdapat keganasan tiroid |
|
Pendonor darah |
Layak |
Pada Permenkes RI, donor darah sebaiknya bebas vaksinasi selama setidaknya 4 minggu (untuk semua jenis vaksin). Jika vaksin Sinovac diberikan dengan jeda 2 minggu antar dosis, maka setelah 6 minggu baru bisa donor kembali. |
|
Penyakit Gangguan Psikosomatis |
Layak |
Sangat direkomendasikan dilakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi yang cukup lugas pada penerima vaksin. Dilakukan identifikasi pada pasien dengan masalah gangguan psikosomatik, khususnya ganggguan ansietas dan depresi perlu dilakukan KIE yang cukup dan tatalaksana medis. Orang yang sedang mengalami stress (ansietas/depresi) berat, dianjurkan diperbaiki kondisi klinisnya sebelum menerima vaksinasi Perhatian khusus terhadap terjadinya Immunization Stress-Related Response (ISRR) yang dapat terjadi sebelum, saat dan sesudah imunisasi pada orang yang berisiko : 1. Usia 10-19 tahun 2. Riwayat terjadi sinkop vaso-vagal 3. Pengalaman negative sebelumnya terhadap pemberian suntikan. 4. Terdapat ansietas sebelumnya. |
|
HIV |
Layak (dengan catatan) |
Vaksinasi yang mengandung kuman yang mati/komponen tertentu dari kuman dapat diberikan walaupun CD4<200. Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa kekebalan yang timbul dapat tidak maksimal, sehingga dianjurkan untuk diulang saat CD4>200 |
|
Penyakit Autoimun Sistemik (SLE, Sjogren, vaskulitis, dan autoimun lainnya) |
Belum layak |
Pasien autoimun tidak dianjurkan untuk diberikan vaksinasi Covid sampai hasil penelitian yang lebih jelas telah dipublikasi |
|
Sindroma Hiper IgE |
Belum layak |
Pasien Hiper IgE tidak dianjurkan untuk diberikan vaksinasi Covid sampai hasil penelitian yang lebih jelas telah dipublikasi |
|
Pasien dengan infeksi akut |
TIDAK LAYAK |
Pasien dengan kondisi penyakit infeksi akut yang ditandai dengan demam menjadi kontraindikasi vaksinasi |
|
PGK non dialisis |
Belum layak |
Saa tini, pemberian vaksin belum direkomendasikan pada pasien PGK non dialisis, PGK dialisis, resipien transplantasi dan sindroma nefrotik yang menerima imunosupresan/ kortikosteroid. Hal ini disebabkan karena belum ada uji klinis mengenai efikasi dan keamanan vaksin tersebut terhadap populasi ini. |
|
PGK dialisis (hemodialisis dan dialysis peritoneal) |
Belum layak |
|
|
Transplantasi Ginjal |
Belum layak |
|
|
Sindroma nefrotik dengan imunosupresan/ kortikosteroid |
Belum layak |
|
|
Hipertensi* |
Belum layak |
Beberapa uji klinis dari beberapa vaksin Covid telah menginklusi pasien dengan hipertensi. Namun, populasi ini belum direkomendasikan mendapat vaksin Covid karena belum ada rekomendasi dari tim uji klinis vaksin yang dilakukan di Indonesia menunggu hasil uji klinis di Bandung |
|
Gagal jantung |
Belum layak |
Belum ada data mengenai keamanan vaksin Covid pada kondisi tersebut |
|
Penyakit jantung koroner |
Belum layak |
Belum ada data mengenai keamanan vaksin Covid pada kondisi tersebut |
|
Reumatik Autoimun (autoimun sistemik) |
Belum layak |
Sampai saat ini belum ada data untuk penggunaan vaksin Covid pada pasien reumatik-autoimun. Berdasarkan data vaksin-vaksin yang sebelumnya, untuk jenis vaksin selain live attenuated vaccine, tidak ada kontraindikasi pemberian pada pasien reumatikautoimun. Pemberian vaksin Covid untuk pasien reumatikautoimun harus mempertimbangan risk and benefit kasus per kasus secara individual, dan membutuhkan informed decision dari pasien. Pada pasien reumatik-nonautoimun, rekomendasi vaksinasi sesuai dengan populasi umum. Rekomendasi ini bersifat sementara, dan dapat berubah jika didapatkan bukti baru tentang keamanan dan efektifitas vaksin. |
|
Penyakit-penyakit gastrointestinal |
Belum layak |
Penyakit-penyakit gastrointestinal yang menggunakan obat-obat imunosupresan, pada dasarnya tidak masalah diberikan vaksinasi Covid. Namun, respon imun yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Pendataan dan skrining pasien dengan komorbid penyakit autoimun termasuk yang merupakan penyakit autoimun di bidang gastrointestinal, seperti penyakit IBD (Kolitis Ulseratif dan Crohn's Disease), Celiac Disease, dalam skrining terdapat pertanyaan terkait gejala gastrointestinal seperti diare kronik (perubahan pola BAB), BAB darah, penurunan berat badan yang signifikan yang tidak dikehendaki. |
|
Hipertiroid/hipotiroid karena autoimun |
Belum layak |
Pasien autoimun tidak dianjurkan diberikan vaksinasi Covid sampai ada hasil penelitian yang lebih jelas dan telah dipublikasi |
|
Penyakit dengan kanker, kelainan hematologi seperti gangguan koagulasi, pasien imunokompromais, pasien dalam terapi aktif kanker, pemakai obat imunosupresan, dan penerima produk darah |
Belum layak |
Studi klinis Sinovac mengeksklusi pasien dengan keterangan penyakit kolom sebelumnya. Dengan tidak adanya data pada kelompok tersebut, maka belum dapat dibuat rekomendasi terkait pemberian vaksin Sinovac pada kelompok ini |
|
Pasien hematologionkologi yang mendapatkan terapi aktif jangka panjang, seperti leukemia granulositik kronis, leukemia limfositik kronis, myeloma multipel, anemia hemolitik autoimun, ITP, dll |
Belum layak |
Studi klinis Sinovac mengeksklusi pasien dengan keterangan penyakit kolom sebelumnya. Dengan tidak adanya data pada kelompok tersebut, maka belum dapat dibuat rekomendasi terkait pemberian vaksin Sinovac pada kelompok ini |