geriatri.id - Change.org melakukan survei yang melibatkan 10.199 responden yang terdiri dari perempuan (55,6%) dan laki-laki (44,4%) terkait pandemi Virus Corona (Covid-19). Manajer Kampanye Change.org Indonesia Dhenok Pratiwi mengatakan, di situasi krisis seperti ini, data dan informasi sangat diperlukan sebagai bahan untuk merancang strategi penanggulangan virus yang sudah menjadi pandemik ini.
"Karenanya, Change.org Indonesia meluncurkan survei persepsi publik untuk mengetahui bagaimana tingkah laku dan pengetahuan masyarakat terkait penyebaran virus Corona. Selain itu survei ini juga bertujuan untuk mengetahui persepsi publik tentang upaya pemerintah dalam menangani krisis ini," kata Dhenok dalam siaran pers yang diterima geriatri.id.
Responden survei ini berusia: 12-17 tahun (5%), 18-24 tahun (29,7%), 25-34 tahun (26,3%), 35-44 tahun (20,2%), 45-54 tahun (12,4%), 55-64 tahun (5%), di atas 65 tahun (1,6%). Sebanyak 72,1% responden tinggal di kota, dan 27,9% tinggal di kabupaten. Responden terbanyak berdomisili di DKI Jakarta sebanyak 29,8%, diikuti dengan 20% Jawa Barat, 10,2% Jawa Timur, 8,3% Banten, dan 7,2% Jawa Tengah dan sisanya dari provinsi lainnya.
"Penyebarluasan informasi mengenai virus Corona juga penting karena berdasarkan survei ini, masyarakat yang kurang mengetahui atau mendapatkan informasi yang salah masih cukup banyak. Melalui survei ini juga kami ingin membantu pemerintah dan berperan untuk menyebarkan informasi yang akurat," tambah Dhenok.
Hasil survei daring yang diluncurkan pada 24 Maret 2020 ini mengungkapkan, mayoritas responden menegaskan, situasi pandemi Virus Corona (Covid-19) merupakan situasi yang sangat serius dan tidak boleh diremehkan. Hal itu ditegaskan oleh 69,9 responden yang ditanya terkait persepsi dan perilaku terhadap pandemi Covid-19. Bahkan 27,9% respoden mengatakan, situasinya sudah gawat darurat. Hanya 2,5% yang menganggap masalah ini bukan ancaman, dibesar-besarkan, atau tidak tahu.
Lalu apa saja yang mereka lakukan untuk menghadapi krisis ini? Jawaban-jawaban teratas adalah menjaga kekebalan tubuh (76,3%), sering mencuci tangan (66,8%), bekerja, belajar, dan beribadah di rumah (58,2%), menghindari salaman atau bersentuhan fisik (55,3%), dan 39,5% mencoba tidak menyentuh muka. Walau sedikit, ada pula yang menyatakan untuk memborong masker, sembako, dan barang lainnya (1,5%), tetap bersalaman dengan alasan budaya (0,9%), atau bahkan menganggap ini saatnya liburan (0,2%).
Terkait kekebijakan WFH (work from home) atau study from home, kabar baiknya, sejumlah 98,7% responden dari kalangan pelajar dan mahasiswa merasa diberi kesempatan untuk belajar dari rumah. Tetapi di dunia pekerjaan, tidak sebesar itu. Hanya 54,9% responden yang bekerja merasa hal yang sama. Sejumlah 11,8% merasa tidak diberi kesempatan itu, padahal semestinya bisa. Sementara sejumlah 26% responden tidak kerja dari rumah karena jenis pekerjaannya tidak memungkinkan, dan 7,3% mengatakan kalau tidak kerja di luar maka mereka tidak dapat pendapatan.
Perilaku publik dalam beribadah juga sudah berubah karena krisis virus Corona. Sekitar 93,6% responden mengatakan mereka memilih beribadah di rumah sendirian, dan hanya 6,1% yang tetap pergi ke rumah ibadah. Gerakan #dirumahaja juga banyak diikuti oleh para responden survei. Sekitar 63,6% mengatakan mereka batal pergi ke acara-acara yang sudah direncanakan sebelumnya, 35,3% mengatakan tetap pergi kalau acaranya sangat penting. Hanya 1,1% yang mengatakan tetap pergi seperti biasa.
Survei ini juga bertujuan untuk menguji pengetahuan publik tentang fakta-fakta terkait penyebaran virus Corona. Sebanyak 28% responden masih mengaku agak ragu atau kurang tahu gejala-gejala virus Corona. Untuk cara menularnya, angka 13,7% yang masih ragu atau tidak tahu. Sedangkan soal apa yang harus dilakukan, dan kemana; sebanyak 26,1% yang ragu dan kurang tahu.
Saat ditanya apakah orang yang tidak menunjukkan gejala berarti bebas terinfeksi virus Corona, sebanyak 83,6% responden menjawab pernyataan itu salah, 8,8% tidak tahu, dan 7,6% benar. Dari jawaban itu, terbukti bahwa mayoritas memiliki pengetahuan yang baik soal siapa yang terinfeksi virus Corona. Saat ditanya darimana mereka mendapat informasi mengenai virus Corona, sebanyak 69,8% responden mengetahuinya dari media sosial, 69,2% media online, 57,8% situs resmi pemerintah, 49,7% televisi, 38,7% Whatsapp (responden dapat memilih lebih dari satu pilihan).***(mag)
foto: ilustrasi virus corona (pixabay)