Kembali
×
Apakah Karir Dokter Lansia itu Menjanjikan?
07 Oktober 2025 22:43 WIB

Meningkatkan insentif finansial bagi dokter geriatri adalah upaya memberikan penghargaan ekonomi yang lebih besar agar profesi ini menarik bagi dokter muda. Langkah ini krusial mengingat banyak dokter muda cenderung memilih spesialisasi lain seperti kardiologi, bedah, atau dermatologi yang menawarkan penghasilan jauh lebih tinggi.

Padahal, geriatri membutuhkan waktu konsultasi yang lebih lama karena pasien lansia umumnya memiliki 3–5 penyakit sekaligus, namun bayaran dari asuransi seringkali tidak sebanding. Akibatnya, geriatri kerap dianggap kurang menarik dari sisi karier.

Pembahasan mengenai tata laksana perawatan hingga standar kecapakan kerap menjadi bahasan di pertemuan para ahli seperti pada Temu Ilmiah Geriatri (TIG) 2025 yang digelar di Jakarta, awal bulan Oktober ini. Obrolan terkait nilai jasa tenaga medis seringkali juga tercetus sesama sejawat.

Beberapa contoh insentif finansial yang telah dibahas di Amerika Serikat mencakup gaji dan tarif layanan yang lebih tinggi bagi geriatrician, setara atau mendekati spesialisasi lain. Padahal di Indonesia, dokter yang membidangi penanganan bagi pasien geriatri adalah konsulen atau sub spesialis. 

Selain itu, penghapusan atau pengurangan pinjaman pendidikan kedokteran dapat diberikan jika dokter memilih geriatri. Subsidi tambahan juga dapat disalurkan untuk praktik geriatri di daerah dengan banyak lansia, serta bonus dari pemerintah atau asuransi bagi rumah sakit/klinik yang memiliki tenaga geriatri.

Dengan adanya pendapatan yang lebih layak dan stabil, harapannya dokter muda akan lebih tertarik menekuni bidang geriatri. Tanpa adanya insentif ini, kekurangan tenaga ahli di bidang geriatri akan semakin parah seiring dengan ledakan populasi lansia di masa depan.

Insentif ini menjadi penting karena pasien lansia memiliki kondisi yang lebih kompleks, menyebabkan durasi konsultasi bisa mencapai 30–60 menit, berbeda dengan pasien umum yang mungkin hanya memerlukan 10–15 menit.

Meskipun beban kerjanya lebih berat, pendapatan dokter geriatri seringkali lebih rendah dibandingkan spesialisasi lain. Selain itu, profesi ini juga memiliki beban emosional dan mental yang tinggi karena seringkali menghadapi pasien dengan demensia, depresi, atau penyakit kronis yang membutuhkan kesabaran ekstra.

Bentuk-bentuk insentif finansial yang dapat diterapkan meliputi reimbursement yang lebih tinggi dari pemerintah atau asuransi untuk konsultasi geriatri. Program loan forgiveness juga bisa diterapkan, yaitu penghapusan atau pengurangan hutang biaya kuliah kedokteran bagi mereka yang memilih karier geriatri. Bonus tahunan atau hibah riset dapat diberikan agar dokter geriatri bisa fokus pada pelayanan dan pengembangan inovasi perawatan lansia. Subsidi praktik, khususnya bagi mereka yang membuka layanan geriatri di komunitas atau daerah dengan banyak lansia, juga sangat membantu. Terakhir, kenaikan gaji di rumah sakit akademik dapat membuat posisi sebagai dosen atau pendidik geriatri menjadi lebih menarik. Tentu program ini masih cerminan penerapan kebijakan dari negara-negara dengan jumlah populasi lansia yang tinggi. 

Dampak positif dari adanya insentif ini adalah meningkatnya minat dokter muda untuk memasuki bidang geriatri, peningkatan kualitas perawatan lansia, berkurangnya beban dokter umum karena adanya tenaga spesialis yang ahli, dan kesiapan negara dalam menghadapi lonjakan populasi lansia.

Pada intinya, insentif finansial bukan hanya soal uang, melainkan cara untuk menyeimbangkan beban kerja yang berat dengan penghargaan yang layak, sehingga dapat menarik lebih banyak talenta ke bidang geriatri.

Artikel Lainnya
Artikel
14 November 2025 10:00 WIB
Artikel
12 November 2025 10:00 WIB
Tags
Geriatri
Lansia Indonesia
Geriatri Sehat
Menua Bahagia
TIG 2025