Temu Ilmiah Geriatri (TIG) 2025 kembali diselenggarakan di Hotel Novotel Mangga Dua Square, Jakarta pada tanggal 4 dan 5 Oktober 2025. Acara ini mengusung tema "Tailoring Healthcare for Aging Population: Integrating, Collaborative, and Personalized Approaches" dan menghadirkan sejumlah dokter ahli di bidang geriatri. Ratusan dokter dari berbagai penjuru tanah air turut serta, membahas sinergi tenaga medis dalam mengembangkan layanan kesehatan yang adaptif, berbasis bukti, dan multidisiplin. Acara juga memperingati hari Internasional warga lanjut usia yang digaungkan oleh PBB.
Masyarakat umum masih sering kesulitan membedakan antara lansia dan pasien geriatri, serta kurang memahami pentingnya pelayanan geriatri yang khusus dan komprehensif. Oleh karena itu, peningkatan pemahaman mengenai geriatri di kalangan masyarakat sangat diperlukan.
Dr. Aprililianto Eddy Wiria PhD, CEO & Co-founder Kavacare Homecare, berharap simposium ini dapat menghasilkan sistem kesehatan yang mampu memberikan perawatan efektif dan sesuai dengan kebutuhan unik setiap individu lanjut usia.
Kekurangan Dokter Ahli Geriatri di Indonesia
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi dengan tingkat populasi lanjut usia tertinggi di Indonesia. Penyakit atau sindrom geriatri yang umum dialamai lansia yang terjadi di NTT, seperti hipertensi, diabetes, dan demensia, serupa dengan provinsi lain di Indonesia.
Saat ini, jumlah dokter ahli geriatri di NTT masih sangat terbatas. Beberapa dokter spesialis penyakit dalam di NTT, termasuk Dr. dr. Julency Watung Sp.PD, sedang menempuh studi subspesialis geriatri di Jakarta. Dokter geriatri memiliki pelatihan khusus untuk menangani kebutuhan medis kompleks pada pasien lanjut usia, termasuk penyakit yang sering muncul seiring penuaan.


Disadur di Kompas.id, Indonesia sudah memasuki era ageing population dengan 11,9 persen populasi atau 33,9 juta lansia berusia 60 tahun ke atas. Tumbuh 5 persen per tahun menjadi 65,8 juta lansia di 2045 dan 71,9 juta lansia di 2050, dengan UUH 79 tahun (Bappenas, BPS, UNFPA 2023). Support ratio atau jumlah pekerja yang mendukung satu lansia menurun dari 9 (2025) menjadi 6 (2045) lalu 3 (2050).
Apa pun kondisinya, usia yang panjang adalah anugrah yang perlu disukuri. Semoga lansia tetap bersemangat dan menjaga diri agar tetap mandiri.
(Kontributor : Jaka)