Kembali
×
Jepang Bikin Program Dukungan untuk Lansia Tanpa Kerabat
07 Agustus 2024 13:18 WIB

Geriatri.id - Pemerintah Jepang akan memperkenalkan program nasional yang memberikan dukungan dan menangani pengaturan bagi para lanjut usia (lansia) tidak memiliki kerabat. 

Kementerian Kesejahteraan Sosial menilai perlunya penerapan sistem dukungan publik, mengingat tren demografi di negara yang menua ini.

Program ini dirancang untuk memberikan dukungan berkelanjutan kepada para lansia yang tinggal sendiri dan tidak memiliki kerabat. 

Beberapa pemerintah kota telah mulai bereksperimen dengan program ini sejak awal tahun fiskal 2024. 

Pada April lalu pemerintah pusat melakukan kajian biaya dan permasalahan lainnya serta akan menguji dua program.

Pada umumnya, saat memasuki rumah sakit atau fasilitas perawatan, para lansia meminta anggota keluarga atau kerabatnya untuk bertindak sebagai penjamin. 

Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia

Penjamin ini bertugas mengatur layanan pemakaman, mengelola harta benda, dan memainkan peran lain jika terjadi kematian. 

Namun, seiring bertambahnya usia penduduk Jepang, jumlah rumah tangga yang hanya dihuni satu orang lansia mengalami peningkatan. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki kerabat yang dapat menjadi penjamin.

Saat ini, bantuan publik tidak mencakup banyak tugas yang dilakukan penjamin. Perusahaan swasta menawarkan layanan ini, namun keluhan konsumen meningkat karena kontrak seringkali memerlukan deposit jutaan yen. 

Selain itu, tidak ada sistem untuk mengawasi apakah layanan yang diberikan sesuai kontrak setelah kematian orang tersebut.

Menurut perkiraan yang dirilis Institut Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional pada April 2024, jumlah rumah tangga dengan seorang lansia berusia 65 tahun ke atas akan meningkat dari 7,38 juta pada 2020 menjadi 8,87 juta pada 2030. 


Pada 2050 angka itu akan melonjak menjadi 10,84 juta. Pada tahun 2050 nanti, “angka menyendiri” di kalangan lansia akan mencapai 26,1 persen untuk laki-laki dan 29,3 persen perempuan. 

Padahal pada tahun 2020, persentasenya 16,4 persen untuk laki-laki dan 23,6 persen perempuan. 

Selain itu, pada tahun 2050, 59,7 persen pria dan 30,2 persen wanita berusia 65 tahun ke atas yang hidup sendiri diperkirakan belum menikah. 

Padahal pada tahun 2020, persentasenya 33,7 persen untuk laki-laki lanjut usia dan 11,9 persen untuk perempuan.

Perkiraan itu mencatat lansia yang saat ini tinggal sendiri kemungkinan besar memiliki saudara kandung dan anak tetapi tinggal terpisah. 

Pada tahun 2050 nanti, diperkirakan terjadi peningkatan tajam jumlah lansia yang tinggal sendirian tanpa anak, saudara kandung, atau kerabat dekat lainnya.

Pemerintah pusat berencana memulai dua proyek percontohan pada tahun fiskal ini. Salah satu proyek akan membangun jendela konsultasi yang dikelola koordinator di pemerintah kota, dewan kesejahteraan sosial setempat, dan institusi lainnya. 

Koordinator ini akan memberikan informasi tentang berbagai masalah sehari-hari, menyusun rencana warisan, menulis surat wasiat, dan mengatur harta benda setelah kematian. Mereka juga dapat menyusun rencana dukungan untuk lansia.

Selain layanan yang disediakan pemerintah kota seperti pengiriman makanan dan dukungan belanja, koordinator akan menghubungkan lansia dengan para ahli. 

Salah satunya pengacara untuk menangani masalah hukum dan perencanaan akhir hidup mereka. 


Koordinator juga dapat menghubungkan individu dengan perusahaan penyedia layanan pemakaman, kremasi, dan penanganan harta benda. 

Mereka akan menindaklanjuti kasus individu hingga kematiannya untuk memastikan langkah-langkah dukungan dan kontrak yang ditandatangani diterapkan dengan benar.

Dalam proyek model kedua, Dewan Kesejahteraan Sosial akan ditugaskan dan disubsidi pemerintah kota untuk menyediakan paket layanan. 

Misalnya, dewan dapat bertindak sebagai agen mengenai asuransi perawatan lansia, mengelola keuangan, bertindak sebagai kontak darurat, dan menangani prosedur postmortem. 
Subsidi pemerintah pusat hingga 5 juta yen (32.350 dolar AS) memungkinkan individu untuk menggunakan program kedua ini.

“Proyek ini merupakan terobosan baru karena belum ada dukungan bagi para lansia yang tidak memiliki kerabat,” ujar Kanae Sawamura dari Japan Research Institute yang konsen dengan masalah perawatan lansia. 

“Jika ada koordinator yang ditugaskan kepada mereka sebelum mereka meninggal, diharapkan bantuan tersebut dapat berjalan lancar,” tambahnya.

Katsuhiko Fujimori, profesor teori kebijakan sosial di Universitas Nihon Fukushi, mengatakan pada tahun 2050, kemungkinan setiap orang akan hidup sendirian di usia tua. 

Baca Juga: Tanya Jawab Masalah Kesehatan Jantung

"Penting untuk mencapai konsensus mengenai seberapa besar apa yang secara tradisional dilakukan anggota keluarga akan didukung oleh sistem publik,” katanya. 

Dia juga mengingatkan pentingnya pembahasan cara mendanai sistem agar berkelanjutan.***

Sumber:Asahi.com

*Ilustrasi - Program dukungan pemerintah Jepang untuk lansia yang tinggal sendirian.(Pixabay)

Video Senior Podcast

 

 

Artikel Lainnya
Artikel
02 November 2025 10:00 WIB
Tags