Geriatri.id - Buat para ‘ahli hisap’ alias perokok waspadalah. Bukan bermaksud menakut-nakuti, tapi kasus yang lagi viral ini menjadi fakta konkret bahwa rokok itu berbahaya.
Alkisah, Seam Firdaus terakhir ini mengguggah foto dirinya di media sosial yang sedang dirawat dengan kondisi dada dilubangi dan terpasang selang.
Pria 31 tahun yang pernah ikut kompetesi Abang None ini rupanya mengalami kolaps paru-paru atau pneumotoraks.
Daus, panggilan akrabnya, merokok sejak 2006 dan tak pernah mengalami problem kesehatan.
Tapi, pada akhir Agustus lalu, ia merasa sesak di area dada dan seperti ditusuk. Hasil pemeriksaan menunjukkan ia mengalami pneumotoraks. Dokter mengatakan, 90 persen akibat merokok. Kini Daus dalam masa pemulihan.
Apa itu pneumotoraks?
Pneumotoraks adalah paru-paru yang kolaps. Pneumotoraks terjadi ketika adanya udara bocor atau masuk ke ruangan antara paru-paru dan dinding dada (ruang pleura).
Udara ini masuk sendiri ke dalam ruang tersebut ketika ada luka terbuka, robekan, atau pecahan di jaringan paru sehingga mengganggu tekanan udara yang membuat paru mengembang.
Nah, udara ini mendorong bagian luar paru-paru dan membuatnya kolaps. Pneumotoraks dapat berupa kolaps paru total atau kolaps hanya sebagian paru.
Pneumotoraks adalah penyakit yang sering terjadi dengan puncak kejadian pada usia muda dan lanjut usia (lansia). Penyakit ini lebih sering terjadi pada pria dan perokok.
Sebagian besar pasien memiliki emfisema dan atau fibrosis paru sebagai penyakit yang mendasarinya. Atau mungkin terjadi tanpa alasan yang jelas.
Gejala yang muncul biasanya nyeri dada mendadak dan sesak napas yang parah. Pada beberapa kasus, paru-paru yang kolaps bisa mengancam jiwa.
Langkah pertama dalam pengobatan adalah drainase pleura untuk mencapai perluasan kembali paru.
Dokter akan memasukkan jarum atau tabung dada di antara tulang rusuk untuk menghilangkan udara berlebih.
Jika sulit disembuhkan dengan drainase pleura, dokter akan mencoba melakukan pleurodesis menggunakan bahan kimia seperti OK-432 dan tetrasiklin. Sebagai langkah selanjutnya, dokter mencoba untuk melakukan pembedahan thoracic (VATS).
Kenali Faktor Risiko
Apa saja faktor risiko terkena pneumotoraks? Berikut di antaranya:
1. Merokok.
Risiko meningkat dengan lamanya waktu dan jumlah rokok yang dihisap, bahkan tanpa emfisema.
2. Genetika.
Jenis pneumotoraks tertentu bisa terjadi karena adanya faktor genetik atau riwayat keluarga.
3. Penyakit paru-paru.
Seseorang memiliki penyakit paru-paru yang mendasarinya - terutama penyakit paru obstruktif kronis (COPD), bisa mengalami pneumotoraks.
4. Ventilasi mekanis.
Orang yang membutuhkan ventilasi mekanis untuk membantu pernapasannya berisiko lebih tinggi terkena pneumotoraks.
5. Pernah mengalami pneumotoraks.
Siapa pun yang pernah mengalami pneumotoraks berisiko lebih tinggi mengalami pneumotoraks kembali.
Awas Komplikasi
Banyak orang yang menderita pneumotoraks dapat mengalami kasus yang lain, biasanya dalam satu atau dua tahun sejak terjadi pneumotoraks.
Terkadang udara terus bocor atau masuk, jika lubang di paru-paru tidak menutup. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menutup kebocoran udara tersebut.
Yang jelas, berhenti merokok itu penting sebelum dan sesudah dilakukan operasi. Untuk pasien lansia, dokter akan terus memantau kondisi pneumotoraks yang dialami.
Kembali ke kasus Daus, saat ini ia masih dalam masa pemulihan. Ia pun sudah berhenti merokok. Ia membagikan kisahnya di Facebook lantaran ingin banyak orang lebih paham lagi akan risiko dan bahaya merokok.
Bagaimana, sudah siap berhenti merokok?
Hilman/foto: freepik.com
Referensi:
1.https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pneumothorax/symptoms-causes/syc-20350367