Geriatri.id - Ada beberapa penyebab halusinasi pada lanjut usia (lansia). Selain gangguan kesehatan mental dan gangguan indera tertentu, penyebab lansia berhalusinasi adalah pengaruh obat-obatan, terisolasi dan kesepian, stres dan kecemasan kronis serta perubahan struktur dan fungsi otak.
Jika tidak segera ditangani, kualitas hidup lansia yang berhalusinasi akan terganggu.
Dikutip dari laman RSJ Lawang, halusinasi dalam dunia psikiatri dikenal sebagai gangguan persepsi (penginderaan) tanpa adanya rangsang nyata terhadap indera, dialami dalam keadaan sadar (tidak sedang bermimpi, berfantasi atau ilusi).
Misalnya ada seseorang mendengar suara (dapat berupa bisikan, suara nyata, atau suara tidak jelas seperti ada yang bergunjing, atau sekadar suara). Padahal kenyataannya tidak ada sumber bunyinya tetapi dapat didengar orang yang berhalusinasi.
Selain suara, seseorang dapat merasakan seperti ada semut merambat di tangannya (padahal tidak ada semut merambat di tangannya), merasakan bau wangi tetapi orang disekitarnya tidak merasakan bau wangi.
Baca Juga: 5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi
Atau seseprang melihat ular di depannya, padahal kenyataannya di depannya tidak ada apa-apa, hanya ada tembok putih.
Berbeda dengan halusinasi, ilusi adalah kesalahan mempersepsi (distorsi indera) yaitu ada rangsang yang dipersepsi keliru (misalnya daun pisang bergerak kena angin dilihat sebagai hantu pocong).
Bahasa gampangnya halusinasi itu “tidak ada apa-apa tapi merasa”, dan ilusi itu “ salah merasa, salah mengindra”.
Penderita gangguan halusinasi seringkali memiliki keyakinan kuat bahwa apa yang mereka alami adalah persepsi nyata.
Mereka akan menunjukkan perubahan emosi atau perilaku sesuai dengan sensasi yang dirasakan, sehingga tidak jarang menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pemikiran berlebihan seperti itu, lebih tepat dikatakan sebagai waham atau delusi, yaitu suatu keyakinan yang dipertahankan (secara kuat) meski tidak akurat (dan terbukti salah).
Apabila wahamnya kuat, maka pendapat itu akan dipertahankan terus (“ngeyel”), meski bukti-bukti menunjukkan dengan jelas pendapatnya tidak memiliki dasar realistis.
Misalnya mengatakan dirinya “Ironman” yang bisa terbang karena ada “super komputer besi” di kepalanya. Mengatakan biasa menerbangkan pesawat F-16, padahal tubuhnya renta dan sakit-sakitan.
Istilah waham diambil dari bahasa Arab yaitu waham. Sementara delusi berasal dari kata bahasa Inggris delusion.
Waham di atas adalah waham kebesaran atau delusi kebesaran yang umumnya ditemukan pada penderita skizofrenia. Selain itu juga dapat juga dijumpai pada penderita gangguan bipolar episode manik yang berat.
“Parno” adalah istilah untuk waham paranoid, yaitu seseorang yang mempunyai waham curiga berlebihan.
Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia
Istilah “parno” biasa ditemukan pada para pengguna narkoba (junkies) yang menderita gangguan ini akibat penyalahgunaan zat.
Gangguan halusinasi dapat dipicu beberapa hal seperti gangguan mental skizofrenia, gangguan mental organik (misalnya kerusakan otak), penyalahgunaan zat/narkoba (ganja, morfin, LSD, Kokain), keracunan (jamur, alkohol), tumor, trauma kepala dan penyakit fisik yang serius.***
Ilustrasi - Halusinasi bisa mengganggu kualitas hidup lansia.(Pixabay)