Geriatri.id - Apakah ada tips agar lansia tetap bugar dan tidak cepat lelah dalam melaksanakan tahapan ibadah haji?
Pertanyaan ini dijawab Direktur Utama Rumah Sakit Haji UIN Jakarta, dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dalam Program Lansia Online, Geriatri TV, Sabtu 27 Januari 2024.
"Tentu kita kembalikan lagi aktivitas apa yang kita jalankan disana. Selama setidaknya satu bulan aktivitasnya akan penuh dari pagi sampai malam. Setiap hari berpindah-pindah tempat di bawah suhu yang mungkin berbeda dan waktu berbeda. Ini membuat kita harus punya strategi.
Dalam hal waktu saja karena perbedaan jam, saat waktu tidur di Indonesia, disana malah jam aktif karena perbedaannya sekitar lima jam. Ini perlu disikapi juga, artinya sebelum berangkat apa yang harus dilakukan biar tetap sehat?
Tentu karena badan lansia sudah berbeda dengan badan normalnya, kita membutuhkan istirahat yang cukup. Jadi istirahatnya cukup, gizinya harus baik, makanannya cukup, vitaminnya harus cukup. Ini dengan tujuan sebelum berangkat kita sudah memupuk badan kita tetap sehat.
Kemudian yang kedua aktivitasnya akan berbeda. Disini mungkin kita leyeh-leyeh nonton sinetron, disana salat, ngaji, ada sa'i, tawaf dan segala macam. Nanti belum sempat ini, belum selesai satu sudah berangkat lagi. Ini berarti kebugaran fisik harus dilatih perlahan-lahan.
Saya setuju melatih kebugaran fisik tidak bisa dilakukan kayak Bandung Bondowoso bikin seribu candi dalam semalam, tapi harus dilatih.
Programnya endurance (ketahanan) kebugaran fisik misalnya jalan itu dinaikkan pelan-pelan berapa kecepatannya makin lama makin naik, jaraknya makin jauh.
Ini tujuannya misalnya ketika sa'i bolak-balik kita nggak pingsan duluan.
Nah yang sederhananya, misalnya dipandu rumah sakit atau pusat kesehatan dengan program pembinaan massa tubuh dan kebugaran sudah bisa dimulai dengan mencoba melakukan aktivitas secara teratur, makan teratur, memperbaiki gizi teratur dan aktivitas fisiknya juga harus teratur.
Kalau ditanya yang paling mudah adalah jalan kaki atau bersepeda. Tapi yang namanya endurance sifatnya harus naik.
Jadi misalnya dalam dua bulan jalan kaki 100 meter, dua bulan lagi 200 meter, dua bulan lagi 300 meter itu yang disebut endurance, jadi bertahap.
Jadi dengan tahapan ini kita berharap ketika berangkat badan kita sudah terbiasa.
Saya tidak merekomendasikan aktivitas fisik yang tiba-tiba banyak. Jadi saking semangatnya mau berangkat langsung berjalan lima kilometer.
Padahal sebelumnya belum pernah berjalan sejauh itu. Itu tidak dianjurkan, karena yang terjadi nanti malah memicu penyakit atau kondisi badan tidak siap.
Jadi contohnya ada jamaah jalan pagi tidak endurance. Yang terjadi malah lututnya sakit karena lututnya tidak dipersiapkan, padahal jumlah kegiatannya banyak.
Jadi yang harus kita siapkan dalam durasi bertahap tapi kontinyu. Jadi jalan pagi nggak usah ngoyo-ngoyo cukup semampunya, tapi makin jauh setiap pagi terus-menerus secara kontinyu.
Jadi Insya Allah dengan aktif seperti itu badan kita akan naik kemampuannya pelan-pelan untuk bisa mengimbangi hingga pada akhirnya kuat menjalani aktivitas fisik pada saat haji.***
Foto: Direktur Utama Rumah Sakit Haji UIN Jakarta, dr. Flori Ratna Sari, Ph.D.
Video Lansia Online