Geriatri.id - Orang lanjut usia (lansia) punya kecenderungan lebih rentan mengalami insomnia. Banyak lansia mengalami kesulitan tidur, tidur kurang nyenyak atau bangun terlalu dini.
Insomnia adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya sulit tidur atau tidak cukup tidur meski terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Ada beberapa faktor penyebab insomnia seperti perilaku, kondisi medis dan sosial.
Dalam studi bertajuk Insomnia in the Older Adult disebutkan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko insomnia pada lansia karena cenderung punya lebih banyak gangguan komorbiditas atau penyakit bawaan. Akibatnya mereka menggunakan banyak obat.
Baca Juga: Ancaman NAFLD dan Difesiensi Vitamin D Masih Menjadi Masalah Besar Bagi Lansia
Seiring bertambahnya usia berpengaruh pada perubahan dalam kontinuitas tidur. Lingkungan kamar tidur, obat-obatan, hingga gangguan medis dan kejiwaan menjadi faktor yang dapat meningkatkan risiko insomnia pada lansia.
Berikut faktor yang bisa meningkatkan risiko insomnia pada lansia dilansir Mayoclinic:
1. Perubahan pola tidur
Seiring bertambahnya usia, tidur kerap kurang nyenyak. Suara bising di lingkungan kamar tidur dapat membuat terjaga.
Selain itu saat lansia, jam biologis internal menjadi cepat, sehingga lebih cepat lelah di malam hari dan bangun lebih awal di pagi hari.
2. Perubahan aktivitas
Berkurangnya aktivitas fisik maupun sosial dapat mengganggu tidur malam lansia menjadi tidak nyenyak.
Semakin kurang aktif, semakin besar kemungkinan untuk tidur siang setiap hari. Kebiasaan ini dapat mengganggu pola tidur di malam hari dan menyebabkan insomnia.
3. Perubahan kesehatan
Masalah kesehatan bisa menjadi salah satu faktor penyebab lansia lebih rentan mengalami insomnia. Nyeri kronis akibat kondisi seperti artritis atau masalah punggung serta depresi dan kecemasan dapat mengganggu tidur dan menyebabkan insomnia.
Sering terbangun untuk buang air kecil di malam hari karena masalah prostat atau kandung kemih dapat mengganggu tidur.
4. Mengonsumsi banyak obat
Umumnya lansia menggunakan lebih banyak obat resep dibanding mereka yang berusia muda karena alasan kesehatan. Beberapa obat dapat meningkatkan risiko insomnia atau sulit untuk tidur.
Cara terbaik meminimalisir gejala insomnia pada lansia adalah mengatur pola tidur yang baik dan menciptakan kamar tidur kondusif.
Dilansir Sleepfoundation, berikut cara sederhana meminimalisir gejala insomnia pada lansia:
- Kontrol rangsangan
Cara ini mengacu pada gagasan bahwa seseorang akan mudah tidur ketika mereka lelah. Ketika sudah 20 menit tidaj bisa tidur, mereka harus bangun dan menyibukkan diri sampai merasa lelah lagi. Hindari tidur siang dan berkomitmen bangun pada waktu yang sama setiap pagi.
- Batasan tidur
Efisiensi tidur didefinisikan sebagai rasio antara waktu tidur dan waktu terjaga di tempat tidur setiap malam.
Banyak pasien insomnia disarankan membatasi waktu mereka di tempat tidur setiap malam, sampai efisiensi tidur mereka membaik.
Setelah dapat tidur setidaknya 90 persen dari waktu di tempat tidur, mereka dapat memulai tidur lebih awal.
- Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif dapat membantu lansia penderita insomnia dalam menunjukkan dengan tepat sikap negatif dan persepsi yang salah tentang tidur.
Persepsi itu kemudian diganti dengan pola pikir lebih informatif dan positif.
- Terapi cahaya terang
Paparan cahaya terang di malam hari dapat membantu lansia tetap terjaga sedikit lebih lama sehingga akan tertidur di lain waktu. Terapi ini berguna untuk lansia yang tidur dan bangun relatif lebih awal.***
Ilustrasi - Penyakit yang diderita lansia.(Pixabay)
Video Lansia Terkini: