Geriatri.id - Fasilitas untuk pasien geriatri atau pasien berusia lanjut di usia 60 tahun ke atas, saat ini belum banyak dimiliki oleh rumah sakit di Indonesia.
Hal tersebut dikatakan dr. Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD., K.Ger., M.Epid, FACP, FINASIM, di sela-sela acara 'Pelatihan Dasar Pembuatan atau Pendirian Pelayanan Geratri di Rumah Sakit', di Gedung Cimandiri One, Cikini, Jakarta, Selasa (10/9).
dr. Heriawan--demikian dia biasa disapa-- mengatakan, saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 2000 rumah sakit.
Namun terhitung sejak 1 Januari 2018 saat Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) menetapkan pelayanan geriatri masuk kriteria akreditasi, baru sekitar 200 rumah sakit yang mengikuti pelatihan dasar maupun pelatihan tingkat lanjut pendirian pelayanan geriatri.
"Jadi jauh masih kurang," ujarnya.
Idealnya, kata dia, semua rumah sakit di Indonesia memiliki pelayanan geriatri.
"Idealnya semuanya karena lansia kan tidak bisa milih-milih mau tinggal di mana, dari Sabang sampai Merauke. Dimanapun mereka sakit, rumah sakit harus siap menerima dengan segala keunikan mereka yang memang memerlukan pendekatan khusus," tegas Heriawan.
Dia mengungkapkan, menyiapkan layanan geriatri bagi rumah sakit, saat ini memang semakin penting.
Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2040 atau 20 tahun dari sekarang, jumlah orang berusia lanjut akan mencapai 39 juta jiwa.
"Jumlah ini besar sekali, jadi bagaimana kita bisa merawat warga berusia lanjut yang sudah berbeda dibandingkan dengan mengurus orang dewasa muda atau anak-anak," papar Heriawan.
"Kalau semua (lansia-red) sehat, Alhamdulillah. Tetapi kalau mereka sakit, berbeda sekali yang harus diurus," tambah mantan Direktur Utama RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ini.
Heriawan memaparkan, pada orang usia lanjut, ketika dia sakit, misalnya infeksi paru-paru, yang dirasakan bukan hanya gejala umum seperti sesak nafas dan batuk.
"Tetapi dia juga jadi lemah nggak bisa duduk, nggak bisa jalan sendiri, buang air besar terpaksa di tempat tidur, mengompol. Ini baru gambaran sederhana kenapa ini menjadi penting mempelajari apa yang ternyata berbeda, tidak sama pengelolaannya, resources yang harus dipakai untuk mengobati orang tua dari segi jumlah dan teknis lebih banyak, dan sebagainya," pungkas Heriawan.
Selain pemaparan berbagai materi terkait kesehatan pasien usia lanjut atau geriatri, pelatihan yang merupakan bagian dari Temu Ilmiah Geriatri (TIG) 2019 ini juga diisi dengan sesi diskusi Comprehensive Geriatric Assessment atau penilaian geriatri komprehensif.
Selain itu pelatihan yang berlansung tanggal 10-11 September ini juga diisi dengan sesi sosialisasi Permenkes tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri.
Pada sesi diskusi lainnya, juga dibahas tema terkait perawatan pasien geriatri. Neni Tria, S.Kep., perawat yang juga anggota Tim Terpadu Geriatri RSCM mengatakan, dari sisi keperawatan, perawat geriatri mengenal sistem perawatan holistik.
"Jadi bukan hanya masalah fisik saja yang dirawat, tetapi psikologis dan spiritual juga kita intervensi," ujarnya.
Perawatan secara menyeluruh ini penting karena pasien geriatri umumnya memiliki permasalahan yang kompleks. Misalnya, persoalan mengompol.
Bisa jadi pasien yang mengalami mengompol ketika hendak ke kamar mandi, dan kemudian mengalami jatuh akibat terpeleset urine-nya sendiri.
Ketika kemudian pasien mengalami patah tulang dan harus menjalani bed rest, berbagai persoalan bisa menghampiri.
"Awalnya bisa seperti itu, fraktur harus bed rest bisa menimbulkan depresi, pasien merasa tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa. Bisa juga karena bed rest tidak mau makan, dan sebagainya," ujarnya.
Karena itu, dia menekankan pentingnya edukasi bagi keluarga dalam merawat pasien lansia.
"Makanya keluarga kita edukasi juga agar mengurangi risiko terhadap pasien, khususnya yang rentan jatuh," pungkasnya.
Laporan: M. Agung Riyadi