Geriatri.id - Kelompok lansia berusia 65 tahun ke atas yang terpapar COVID-19 lebih rentan terkena Alzheimer. Risiko tertinggi diamati pada perempuan berusia minimal 85 tahun.
Hasil penelitian itu diterbitkan di Journal of Alzheimer's Disease. Menurut peneliti, risiko mengembangkan penyakit Alzheimer pada orang tua hampir dua kali lipat dari 0,35 persen menjadi 0,68 persen selama satu tahun pasca infeksi COVID-19.
Namun peneliti tidak bisa menjelaskan secara pasti apakah COVID-19 memicu perkembangan baru penyakit Alzheimer atau mempercepat kemunculannya.
“Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan penyakit Alzheimer kurang dipahami, tetapi dua bagian yang dianggap penting adalah infeksi sebelumnya, terutama infeksi virus, dan peradangan,” ujar Professor Pamela Davis dilansir Neuro Science News, Sabtu (17/9/2022).
Infeksi SARS-CoV2 kerap dikaitkan dengan kelainan sistem saraf pusat, termasuk peradangan. Karena itu, Davis mengatakan peneliti ingin menguji apakah COVID-19 dapat menyebabkan peningkatan diagnosis, bahkan dalam jangka pendek.
Tim peneliti menganalisis catatan kesehatan elektronik anonim dari 6,2 juta orang dewasa berusia 65 tahun ke atas di AS. Mereka telah menjalani perawatan medis pada Februari 2020-Mei 2021 dan sebelumnya tidak memiliki penyakit Alzheimer.
Peneliti membagi populasi itu menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang terdiri dari orang tertular COVID-19 pada periode itu. Kelompok lainnya adalah orang-orang yang tidak memiliki kasus COVID-19 terdokumentasi.
Lebih dari 400 ribu orang terdaftar dalam kelompok studi COVID-19. Sementara 5,8 juta termasuk kelompok yang tidak terinfeksi.
“Kini, begitu banyak orang di AS terkena COVID-19 dan konsekuensi jangka panjang dari COVID-19 masih muncul. Penting untuk terus memantau dampak penyakit ini pada kecacatan di masa depan,” kata Davis.
Penulis studi itu, profesor Biomedical Informatics di School of Medicine dan direktur Center for AI in Drug Discovery, Rong Xu mengatakan, tim akan terus mempelajari efek COVID-19 pada penyakit Alzheimer dan gangguan neurodegeneratif lainnya.
Studi terkait COVID-19 sebelumnya menemukan orang dengan demensia dua kali lebih mungkin terinfeksi virus corona. Studi itu dipimpin CWRU.
Mereka yang memiliki gangguan penyalahgunaan zat lebih mungkin tertular COVID-19. Sebanyak 5 persen pengguna Paxlovid untuk pengobatan gejala COVID-19 mengalami infeksi berulang dalam sebulan.***
Foto: Ilustrasi - Vaksinasi COVID-19.(Kemenkes)
Berita Terkait:
Sekolah Lansia Bangun Pribadi Sehat dan Tetap Produktif
Dorong Kualitas Hidup Lebih Produktif di Usia Senja, Sekolah Lansia Diluncurkan di Jepara
Video Lansia Terkini: