Penulis: Husna Sabila
Geriatri.id - Normalnya, akan ada waktunya seseorang berhenti dari pekerjaan rutinnya karena faktor usia, atau yang lazim disebut pensiun.
Hanya saja, seringkali masa pensiun mendatangkan efek psikologis yang kurang mengenakkan bagi yang menjalaninya, termasuk pada mereka yang sudah menginjak fase lanjut usia atau lansia.
Kehilangan rutinitas yang sudah belasan atau puluhan tahunan digeluti, momen berinteraksi dengan banyak orang, dan “terbiasa sibuk”, bisa membawa perasaan kehilangan sesuatu yang dapat memicu perasaan-perasaan negatif, seperti stres, kesepian, tidak percaya diri, atau jenuh karena tidak tahu harus melakukan apa.
Oleh karena itu, penting bagi orang menjelang usia lanjut (pralansia), yang akan menghadapi masa pensiun, untuk mengatur dan merencanakan kegiatan dan kesibukan pengganti sebelum benar-benar pensiun dari pekerjaan.
Tak hanya pralansia, bahkan orang yang sudah pensiun pun tetap dapat membuat rencana-rencana baru untuk mengisi hari-harinya, atau untuk mengusir kejenuhan dan rasa.
Tak pernah ada kata terlambat untuk merencanakan sesuatu untuk kebaikan dan hal-hal yang membahagiakan.
Dalam melakukan perencanaan kegiatan pensiun, seseorang dapat melakukan konsultasi dan curhat dengan orang yang dipercaya, seperti pasangan, anak, ataupun anggota keluarga yang dipercaya.
Mendiskusikannya dengan orang yang dipercaya akan membantu lansia untuk melihat dan memahami poin baik-buruk dari rencana pensiunan yang direncanakan.
Sebaliknya, pasangan atau anggota keluarga yang dimintakan pendapat harus juga secara bijaksana memahami keinginan atau kebutuhan orang yang akan pensiun tersebut.
Dengan kata lain, selama rencana-rencana itu masih mungkin dikerjakan, atau tidak memberikan dampak buruk pada orangtuanya, terutama masalah kesehatan karena faktor usia, memberikan dukungan adalah sikap yang lebih baik.
Selain masukan dan pendapat dari orang lain, hal yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan ialah alokasi dana yang diperlukan.
Biaya atau anggaran yang tepat dan masuk akal penting untuk dibuat agar menghindarkan lansia dari kerugian dan utang yang tidak perlu di masa depan.
Untuk mengatur keuangan kegiatan pasca pensiun yang tepat, lansia dapat meminta bantuan pihak lain seperti keluarga yang paham keuangan atau konsultan ahli perencanaan keuangan.
Setelah merencanakan hingga mempertimbangkan keuangan yang dibutuhkan, hal selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan dan kemudahan kegiatan tersebut untuk dilakukan oleh lansia ke depannya.
Pilihan kegiatan yang dirasa terlalu sulit untuk dilakukan—dengan mempertimbangkan kemungkinan kemunduran fungsi tubuh dan permasalahan kesehatan yang mungkin muncul—dapat dieleminasi dari daftar rencana.
Pada akhirnya, pilihlah kegiatan-kegiatan yang bisa membawakan kebahagiaan saat melakukannya.
Bahkan, jika harus memilih “pensiun total” namun tetap bisa menikmati ketenangan pikiran dan kebahagiaan jiwa, bukankah itu keinginan sebagian besar orang di masa tuanya?***
Baca juga
Beda Lupa (Biasa) dengan PIkun
Musik Bantu Kembalikan Ingatan Penderita Demesia
5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi
Video Lansia Online