Kembali
×
Membersamakan Duka Lansia atas Kehilangan
26 April 2022 21:37 WIB

Penulis: Husna Sabila

Geriatri.id - Seseorang umumnya akan merasa berduka saat kehilangan seseorang yang memiliki arti dalam hidupnya. Pada lansia yang sedang berduka karena kehilangan, diperlukan pendekatan yang tepat.

Perasaan duka saat ditinggal orang lain yang dicintai mungkin saja tidak sama efeknya. Pada kehilangan yang bersifat mendadak—misalnya kematian yang tiba-tiba karena kecelakaan—orang yang ditinggalkan biasanya merasakan kebingungan dan kaget. Ia juga bisa merasakan gejolak batin dalam diri seperti mempertanyakan banyak hal, marah, bingung, merasa bersalah, dan sedih.

Pada kondisi kehilangan yang telah diantisipasi sebelumnya, contohnya pada pasien dengan penyakit mematikan, keluarga dan orang-orang yang ditinggalkan mempunyai waktu untuk mempersiapkan kehilangan tersebut, dan sebisa mungkin memaksimalkan momen yang ada.

Akan tetapi perlu diketahui, bahwa dalam kondisi ini pun, rasa sakit, sedih, duka, dan kehilangan yang dirasakan tetap terasa berat bagi mereka yang merasakan.

Baca Juga

Awas, Bahaya Kesepian pada Lansia

Tips Mengusir Kesepian pada Lansia

Late Life Crisis: Krisis Jati Diri di Usia Lanjut

Lansia dan keluarga Indonesia yang berduka pada umumnya akan merasakan perubahan-perubahan perasaan pada tahapan duka yang berbeda. Dikutip situs Alodokter, terdapat 5 tahapan duka yang umumnya dirasakan yaitu:

1. Tahapan menyangkal

Pada tahapan ini orang yang berduka cenderung menyangkal perasaan dan kondisi mereka yang sedang berduka atau dalam keadaan yang tidak baik. Hal ini merupakan respons alami yang diciptakan untuk mengurangi rasa sakit dan luka batin yang dirasakan oleh orang tersebut. 

2. Tahapan marah

Tahapan selanjutnya dari berduka adalah marah. Pada tahap ini mereka yang berduka akan merasa marah dan tidak menerima keadaan duka yang mereka hadapi. Pada tahap ini seseorang akan menjadi lebih mudah marah, frustrasi, sensitif, tidak sabaran, dan acap kali terjadi perubahan mood.

3. Tahapan "tawar menawar"

Setelah kemarahan mereda, tahapan duka selanjutnya ialah tahap tawar menawar. Tahapan ini berguna sebagai bentuk pertahanan emosional agar mereka yang berduka dapat memegang kembali kendali kehidupan mereka. Pada tahap ini seseorang cenderung merasa bersalah, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Mereka juga akan merumuskan langkah pencegahan apa yang harus dilakukan untuk menghindari kejadian serupa dikemudian hari. 

4. Tahapan depresi

Tahapan keempat dari berduka adalah tahap depresi, yaitu ketika mereka gagal mengubah keadaan setelah segala upaya penolakan yang dilakukan. Di tahap ini orang akan merasakan sedih, putus asa, dan kecewa yang dalam. Gejala lainnya yaitu kendala sulit tidur, kehilangan atau berlebihan dalam hal nafsu makan, tidak bersemangat melakukan apapun, mudah lelah dan sering menangis. Tahapan depresi ini adalah bagian dari proses terbentuknya luka batin yang umum terjadi. 

5. Tahapan penerimaan

Tahap terakhir dari berduka adalah tahap penerimaan. Meskipun masih merasakan kesedihan, kecewa, dan penyesalan, namun pada tahap ini mereka sudah dapat menerima fakta bahwa kehilangan yang mereka alami tidak dapat diubah. Di tahap ini pula orang yang berduka sudah dapat menyesuaikan diri dan belajar untuk menerima bahwa kehilangan ini adalah bagian dari perjalanan hidup mereka.

Apa yang dapat keluarga Indonesia lakukan ketika menghadapi lansia maupun kerabat yang sedang berduka? Laman Johns Hopkins University memberikan beberapa tips yang dapat diterapkan ketika mendampingi lansia maupun keluarga yang sedang mengalami duka dan kehilangan yaitu:

  • ‘Hadir’ dan ada untuk mereka. Pada beberapa orang yang sedang berduka, terkadang mereka tidak membutuhkan masukan, didengar, ataupun berbicara hal lainnya. Mereka cuma ingin kita ada di samping mereka agar mereka merasa tidak sendirian dalam melalui proses duka ini. 

  • Membiarkan lansia dan orang yang sedang berduka untuk meluapkan emosi yang mereka rasakan

  • Bersabar, pengertian, dan tidak bersikap menggurui ketika membersamakan mereka. Tidak bertindak seolah-olah kita mengetahui beratnya duka yang mereka rasakan. Selain itu, jangan memaksa orang yang sedang berduka untuk menceritakan perasaan mereka. 

  • Tidak perlu khawatir untuk menyebutkan nama maupun kenangan indah bersama dengan mereka yang meninggal. Orang yang ditinggalkan pun memikirkan dan mengenang hal tersebut. Jadi, wajar-wajar saja menyebutkan nama dan kenangan mereka yang telah tiada, selama hal ini tidak memicu hal yang tidak menyenangkan pada lansia dan mereka yang sedang berduka.

  • Perlu diingat bahwa proses duka ini membutuhkan waktu. Berikan waktu dan perhatian kepada mereka selagi mereka berusaha melewati tahapan tahapan duka tersebut. 

==

Video "Mengatasi Kesepian pada Lansia"

 

Artikel Lainnya
Artikel
28 Oktober 2025 10:00 WIB
Artikel
27 Oktober 2025 12:00 WIB
Artikel
29 Oktober 2025 08:00 WIB
Tags
berita lansia
lansia bahagia
geriatri
psikologi lansia
lansia kesepian
kabar lansia