Penulis: Husna Sabila
Geriatri.id - Kemajuan teknologi dan artificial intelligence (AI) terus berkembang pesat. Tempat tinggal untuk lansia pun terus dikembangkan dengan konsep ‘smart home’, agar lebih nyaman dan aman.
Kemajuan teknologi dalam lingkup hunian tempat tinggal ini dimanfaatkan oleh Singapura untuk memfasilitasi hunian ‘pintar’ yang juga ramah lansia. Bahkan konsep hunian pintar dan ramah lansia ini turut digagas oleh pihak pemerintah melalui lembaga Housing & Development Board (HDB), yang telah meneliti kegunaan dan kemudahan sistem Elderly Monitoring System (EMS) yang diintegrasikan dalam rumah para lansia.
Apa saja hal yang disediakan oleh EMS? Layanan EMS yang disediakan mungkin berbeda antar satu provider dengan provider lain. Namun, secara umum, EMS yang diintegrasikan pada ‘smart home’ di Singapura terdiri atas hal-hal berikut:
1. Sensor deteksi kebocoran air
Hal ini berguna untuk mengingatkan lansia yang mungkin menderita demensia sehingga mereka lupa untuk menutup keran air. Meski terlihat sepele, kebocoran keran air ini bisa memicu masalah lain seperti terpeleset, cedera, atau banjir di dalam rumah.
2. Sensor Gerakan
Di pintu masuk utama
Peletakan sensor di pintu utama memudahkan pemantauan ketika lansia keluar atau masuk ke rumah. Sensor ini kemudian akan mengirimkan informasi tersebut kepada kerabat lansia ataupun caregiver.
Di dinding
Sensor di dinding rumah ditujukan untuk mengetahui pergerakan serta lokasi lansia. Sensor ini memberikan informasi real time apabila lansia terjatuh dan butuh bantuan. Selain itu, sensor juga ditujukan untuk mendeteksi apabila ada pola pergerakan yang tidak wajar, kemungkinan lansia mendapat masalah akibat tidak adanya pergerakan selama waktu tertentu.
Di kotak obat
Memberikan informasi mengenai frekuensi lansia dalam mengonsumsi obat dan mengirimkan informasi tersebut kepada caregiver atau kerabat yang terhubung dengan sistem EMS. Tujuannya agar kerabat maupun caregiver dapat memantau apabila lansia terlewat jadwal konsumsi obat ataupun berlebihan dalam mengkonsumsi obat-obatan mereka.
Sensor berbasis gerakan, bukan gambar atau video yang berasal dari kamera.
Menghindari terganggunnya privasi lansia di rumah mereka sendiri. Sensor yang berbasis gerakan ini akan membuat lansia merasa aman tanpa harus kehilangan privasi mereka.
3. Sistem pelacak waktu dan kualitas tidur
Tracker ini merekam detak jantung dan nafas lansia ketika tidur. Data yang diperoleh kemudian dapat dikumpulkan sebagai bahan pertimbangan saat monitoring kesehatan dengan dokter.
4. Tombol darurat
Lansia yang tinggal sendirian sangat rentan terhadap bahaya. EMS menyertakan tombol darurat yang dapat diakses lansia kapanpun mereka membutuhkan bantuan. Tombol darurat akan mengirimkan pesan kepada kerabat maupun caregiver untuk segera melakukan pengecekan kondisi lansia tersebut.
Selain EMS, wilayah sekitar tempat tinggal juga didesain untuk ramah dan aman bagi lansia, seperti peletakan hand rail di akses jalan sebagai akses untuk lansia pengguna kursi roda. Adanya teknologi EMS di tempat tinggal lansia ini memberikan rasa aman tidak hanya bagi penghuni lansia yang, namun juga bagi anak, kerabat, maupun caregiver.
(llustrasi foto: channelnewsasia)
Baca juga
Beda Lupa (Biasa) dengan PIkun
Musik Bantu Kembalikan Ingatan Penderita Demesia
5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi
Video 'Tips Menciptakan Rumah yang Aman dan Nyaman untuk Lansia'