Penulis: Husna Sabila
Geriatri.id - Hingga kini progam vaksinasi dosis lanjutan (booster) COVID-19 seperti kurang diminati oleh masyarakat Indonesia. Hoaks disebut-sebut sebagai salah satu faktor penyebab hal tersebut.
Persebaran mengenai hoaks -- informasi yang salah bahkan sesat-- vaksinasi Covid-19 ini umumnya berbedar melalui pesan aplikasi online seperti whatsapp. Untuk mencegah beredarnya informasi yang salah, kementerian kesehatan RI melalui laman Covid19.go.id telah memaparkan fakta-fakta terkait hoaks yang beredar di masyarakat.
|
Hoaks |
: |
Vaksin COVID-19 tidak berguna, sebab akan bermutasi menjadi banyak varian baru |
|
Faktanya |
: |
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Lembaga Eijkman, Prof. Amin Soebandrio menjelaskan bahwa mutase virus Covid-19 tidak akan mempengaruhi kinerja vaksin Covid-19. |
|
Hoaks |
: |
Penerima vaksin booster COVID-19 harus melakukan uji HIV karena Vaksin booster mengandung protein virus HIV |
|
Faktanya |
: |
Ahli Imunologi, Vineeta Bal menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 tidak dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap virus HIV. Lebih lanjut Dr. Bnar Talabani menegaskan bahwa tidak ada kemungkinan vaksin covid-19 dapat menularkan dan menyebarkan HIV maupun Aids. |
|
Hoaks |
: |
Melakukan swab PCR sama dengan melakukan vaksinasi Covid-19 |
|
Faktanya |
: |
Berdasarkan berita yang dirujuk, ketika ditelusuri ternyata terdapat penyalahartian informasi. Tidak ada penyebutan bahwa tes PCR dapat menggantikan vaksinasi Covid-19 karena memang faktanya kedua hal tersebut berbeda. |
|
Hoaks |
: |
Vaksin Covid-19 mengandung MSG, formalin, Alumunium, dan zat berbahaya lainnya. |
|
Faktanya |
: |
Pernyataan tersebut tidak benar. Vaksin COVID-19 berisikan fragmen materi genetic dari virus Covid-19 dan tidak mengandung alumunium, formalin, boraks, atau zat berbahaya lainnya. |
Merujuk pada data vaksinasi dari situs kementerian kesehatan RI, hingga artikel ini diturunkan, tingkat vaksinasi dosis booster baru mencapai 5,50% atau 11.457.714 orang. Dari angka itu, baru sekitar 1,5 juta lansia yang sudah divaksin booster.
Saling bergotong-royong dalam memberikan edukasi memang baik, namun sebelum menyebarkan suatu informasi ada baiknya kita meninjau ulang keabsahan berita dan informasi yang kita terima tersebut. Pastikan bahwa informasi yang kita terima kredibel sumbernya dan benar isi beritanya, sehingga kita terhindar dari mempercayai dan menyebarkan berita salah yang merugikan.
Baca juga:
Keluarga Diminta Lebih Terlibat dalam Vaksinasi Lansia
Ompong pada Lansia Ternyata Berpengaruh pada Fungsi Otak Kognitif
Agar Aman, Yuk Dampingi Lansia dalam Menjelajahi Internet
Video Lansia: