Geriatri.id - Peneliti dari University College London, Paola Zaninotto mengungkapkan selama pandemi COVID-19 terjadi peningkatan prevalensi gejala depresi klinis di kalangan lanjut usia (lansia).
Hasil itu didapatkan melalui sebuah studi yang diterbitkan dalam JAMA Psychiatry pada 22 Desember 2021.
Studi kohort longitudinal itu melibatkan data 5.146 lansia sebagai partisipan dalam English Longitudinal Study of Ageing.
Dilansir Medical Xpress, dalam studu itu partisipan memberikan data sebanyak dua kali sebelum pandemi COVID-19 yaitu pada Juni atau Juli 2020 dan November atau Desember 2020.
Berita terkait:
3 Kunci Sukses Agar Lansia Sehat, Apa Saja?
Menjadi Lansia Sehat dan Bahagia Tanpa Kerentaan
Bila Orang Tua Sakit, Begini Cara Tepat Merawatnya
Peneliti kemudian menganalisa data itu untuk mengamati apakah terjadi peningkatan prevalensi gejala depresi selama pandemi COVID-19. Hasilnya terjadi peningkatan menjadi 22,6 pada Juni atau Juli dan 28,5 persen pada November atau Desember 2020 dibanding sebelum pandemi 12,5 persen.
Hasil studi juga menunjukkan lansia mengalami penurunan kualitas hidup pada periode Juni atau Juli hingga Novembera atau Desember 2020, prevalensi kecemasan meningkat menjadi 10,9 persen dari sebelum pandemi 9,4 persen. Perempuan lansia dan yang single mengalami perubahan kesehatan mental lebih buruk.
Sebelum dan selama pandemi, tingkat kesehatan mental terendah pada partisipan miskin. Sedangkan saat pandemi selain orang miskin, orang dengan tingkat ekonomi lebih tinggi juga mengalami perubahan negatif pada kesehatan mental mereka.
"Saat pandemi COVID-19 meluas dan melewati 2020, ada kebutuhan mempertahankan kesehatan mental lansia dan merencanakan layanan kesehatan dan sosial karena frekuensi pertemuan tatap muka akan menjadi lebih sering," kata peneliti.(asp)***
Foto: Ilustrasi - Lansia sedih.(Pxfuel)
Video Lansia: