Kembali
×
Kenali dan Atasi Gangguan Tidur Pada Lansia
06 Juni 2021 08:52 WIB

Geriatri.id - Gangguan tidur kerap menjadi masalah utama bagi Oma Opa lanjut usia (lansia). Kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu fokus, memperburuk mood, dan bahkan dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit degeneratif. 

“Masalah tidur pasa usia lanjut perlu menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi kesehatan keseluruhan pada lansia,” kata dr. Pukovisa Prawirohardjo Sp.S(K), Dokter Spesialis Syaraf RSUI dalam Seminar Awam Bicara Sehat RSUI Ke-40 : Tidur Nyenyak Lansia Sehat di Era Pandemi, Jumat (4/5/2021).

Pola tidur dapat diukur berdasarkan kualitas dan kuantitas. Kualitas tidur seperti mudah untuk memulai tidur, tidak mudah terbangun di malam hari, tidak terbangun lebih awal, dan merasa segar ketika bangun.

Berdasarkan kuantitas, balita idealnya tidur selama 12-14 jam per hari, anak-anak 9 jam, dewasa 8 jam, 55-60 tahun selama  7-6,5 jam, dan >80 tahun 6 jam.

“Kuantitas masing-masing individu dapat berbeda sesuai kebutuhan,” ujar Pukovisa.

Pukovisa mengatakan pola tidur berubah seiring bertambahnya usia. Setelah memasuki masa lansia, Oma Opa mungkin pernah mengalami siklus bangun-tidur yang terpecah-pecah, tidur tidak senyenyak biasanya, lebih lama untuk memulai tidur, lebih sering terbangun di malam hari, lebih sering mengantuk di siang hari, lebih sering mengantuk siang, lebih sering tidur siang, dan lebih cepat terbangun pagi.

Gangguan tidur dapat disebabkan sindrom kaki gelisah, kurang berolahraga dan aktivitas siang, kebiasaan tidur siang, terlalu cepat beranjak ke tempat tidur, kepergian partner, rasa menyendiri, beraktivitas di tempat tidur, dan sedang dirawat inap.

Gangguan tidur pun dapat disebabkan faktor seperti suara volume tinggi yang mengganggu, suhu terlalu panas/dingin, dan cahaya kamar terlalu terang/tempat tidur yang tidak nyaman. 

Faktor lainnya yang dapat menyebabkan adalah konsumsi obat-obatan, masalah medik seperti masalah psikiatri, masalah neurologi (alzheimer, parkinson, epilepsy),  alergi, nyeri sendi, masalah pada jantung/paru, menopause, dan masalah berkemih.

Atasi gangguan tidur, kapan ke dokter?


Gejala akibat gangguan tidur dapat berupa kelelahan, gangguan konsentrasi, gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan mood/mudah tersinggung, mengantuk di siang hari, perubahan perilaku, kurangnya motivasi/energi, inisiatif, pekerjaan jadi sering salah, serta kekhawatiran tentang tidur tidak cukup.

Agar terhindar dari dampak gangguan tidur ini, Oma Opa perlu menjaga menjaga jadwal tidur dan bangun yang teratur.

Penting juga olahraga rutin di pagi dan siang hari. “Hindari olahraga sebelum tidur,” kata Pukovisa.

Selain beraktivitas, makan-makanan bergizi dan rutin 3 kali sehari dapat membantu menghindari gangguan tidur.

Jangan lupakan juga gaya hidup sehat seperti menghindari konsumsi kafein 4 jam sebelum tidur (kopi, teh, coklat, soda) dan menghindari merokok, dan konsumsi alkohol.

Gangguan tidur pun dapat dicegah atau diatasi dengan mengatur kondisi kamar tidur. Ruangan gelap, sejuk dan tenang. Mandi air hangat, sikat gigi. Tempat tidur bersih dan nyaman.

“Hindari gangguan gadjet sebelum tidur,” kata Pukovisa.

Tetapi gangguan tidur bisa saja terus terjadi meski sudah melakukan berbagai upaya. Nah, Oma Opa dapat memutuskan datang ke dokter apabila mengalami beberapa kondisi:

  • Bila gejala bertahan lebih 4 minggu dan mengganggu kegiatan sehari-hari.

  • Terbangun karena kesulitan bernafas malam hari.

  • Mengkonsumsi obat-obatan baru yang dapat mengganggu tidur.

  • Adanya gejala nyeri dan tidak nyaman pada kaki saat mulai tidur/tidak bergerak.

  • Terbangun karena rasa nyeri.

  • Perubahan mooh (mudah marah) dan energi (lesu), serta nafsu makan.*** (ymr)

Artikel Lainnya
Artikel
28 Oktober 2025 10:00 WIB
Artikel
27 Oktober 2025 12:00 WIB
Artikel
29 Oktober 2025 08:00 WIB
Tags
Lansia
Merawat Lansia
Gangguan Tidur
RSUI
Pukovisa Prawirohardjo
geriatri
lansia sehat
lansia bahagia
lansia online
berita lansia