Oleh : dr. Ika Fitriana, Sp.PD Staf Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI - RSCM
Dok, mertua saya mengeluh sakit radang tenggorokan, apa ya saran obat yang perlu diberikan? Lalu, apakah radang tenggorokan juga bisa mengarah pada gejala virus corona atau covid-19? Terima kasih informasinya, Dok.
Jawaban:
Perlu dievaluasi dulu penyebab radang tenggorokannya. Boleh tahu, apakah bapak mertua saat ini sudah sepuh hanya di tempat tidur atau masih aktif bergerak? Radang tenggorakan saat ini menjadi perhatian khusus karena lagi musim pandemi dan salah satu gejala adalah radang tenggorokan. tapi tidak semua radang tenggorokan itu mengarah pada covid-19, ya.
Radang tenggorokan artinya ada yang mengiritasi tenggorokan (dinding belakang saluran mulut) bisa akibat infeksi kuman, makanan, asam lambung, atau kering akibat cara tidur (mengorok). Jadi, harus dievaluasi semua penyebab ini. Yang perlu dievaluasi adalah apakah ada gejala lain yang menyertai, misal ada demam atau tidak, ada pilek atau tidak. Kemudian, bagaimana nafsu makannya? Apa jadi lebih banyak tidur? Atau apakah mengganggu sekali.
Virus bersifat parasit jadi butuh tempat untuk hidup yaitu sel manusia. Virus harus numpang ke tempat lain agar bisa menularkan. Maka tertularnya lewat droplet (cairan ludah, cairan batuk, cairan mulut yang keluar saat bicara), cairan yang nempel dikulit karena habis mengelap mulut atau yang lain. Jadi pembedanya radang tenggorokannya, harus ada sumber penularan. Yang perlu diperhatikan:
1. Evaluasi kemungkinan apakah kita/orang tua kita pernah kontak dengan orang yang punya gejala yang sama, atau kontak dengan orang lain yang kita tidak tahu status kesehatannya.
2. Sebab gejalanya pernapasan, jadi bisa disertai gejala lain, yaitu pilek, batuk, susah menelan, sesak.
3. Lebih lanjut lagi akan muncul demam, sesak hingga kesulitan bernapas.
Nah kuman makin hari akan makin berat atau tidak hilang timbul. Jadi radang tenggorokan akan terus menerus. Kalau sudah terjadi tapi kita belum tahu penyebab radang tenggorokannya, bisa coba dengan minum yang banyak, konsumsi vitamin C, banyak makan sayur dan buah, istirahat yang lebih dari biasanya, dan tidur yang cukup. Bila evaluasi setelah tiga hari tidak ada perbaikan, sebaiknya konsultasikan ke dokter.
Bisa karantina mandiri dulu saja jika curiga ke arah covid-19. Kemudian, bisa latihan menghitung napas dalam satu menit, yaitu dengan memegang dada kita, lalu bernapas sebisa mungkin, hitung jumlah tarik-buang napas (tarik-buang napas dihitung satu napas). Normal bernapas 16-18 kali permenit, kalau habis olah raga atau abis jalan-jalan bisa lebih cepat. Jadi periksa napasnya harus saat istirahat dan duduk.
Jika napas lebih dari itu berarti napas agak cepat, makin frekuensinya naik makin cepat. Nah kalau cepat itu berarti kita perlu curiga kalau ada gangguan bernapas. Namun, kalau napas normal belum tentu bukan covid-19 ya, karena ini juga bisa tanpa gejala atau gejala ringan.(hil)
foto : freepik.com