Geriatri.id - Pria asal Jepang, Chitetsu Watanabe dinobatkan sebagai pria tertua di dunia. Per 12 Februari 2020, Watanabe telah menjalani hidup di dunia selama 112 tahun, 344 hari.
Status Watanabe sebagai pria yang paling lama hidup di dunia itu dicatatkan dalam Guinness World Records dan dikonfirmasi Gerontology Research Group.
Watanabe lahir pada 5 Maret 1907, dan merupakan anak tertua dari delapan bersaudara. Dia mempunyai 5 anak.
Watanabe bekerja di sebuah perusahaan gula selama bertahun-tahun, sebelum bekerja di kantor pertanian pemerintah Jepang hingga pensiun.
Dia juga seorang tukang kebun yang aktif menanam buah-buahan dan sayuran sampai ia berusia 104 tahun. Dia menanam dan memamerkan pohon bonsai hingga 2007.
Apa rahasia panjang umur Watanabe?
“Jangan marah dan tetap tersenyum di wajah Anda,” begitu jawaban Watanabe kepada sejumlah media di Jepang mengenai rahasia panjang umur.
Selama bekerja di perusahaan gula, Watanabe mengatakan sangat menyukai makanan manis, termasuk gula merah. Ketika giginya tanggal semua, Watanabe lebih banyak makan puding susu.
Watanabe semakin mengukuhkan Jepang sebagai negara dengan penduduk panjang usia. Sebelum Watanabe, pria tertua dunia juga berasal dari Jepang, yaitu Jiroemon Kimura yang berusia 116 tahun 54 hari (lahir 19 April 1897-meninggal 12 Juni 2013).
Perempuan tertua dunia pun berasal dari Jepang, Kane Tanaka yang berusia 117 pada Januari 2020.
Jepang memang terkenal dengan angka harapan hidupnya. Rata-rata angka harapan hidup penduduk Jepang adalah 83,89 tahun. Bandingkan dengan angka harapan hidup penduduk Indonesia yang hanya mencapai 69,19 tahun.
Berbagai penelitian dan publikasi telah menjelaskan ihwal harapan hidup di Jepang. Berikut rahasia panjang umur orang Jepang dari berbagai sumber.
1. Asupan sehat
Asupan makanan, seperti Watanabe, menjadi kunci umur panjang orang Jepang. Mereka biasa mengonsumsi produk makanan segar seperti sayuran dan buah musiman.
Orang Jepang terkenal sebagai penyuka makanan laut. Kuliner tradisional Jepang yang dikenal dengan nama 'washoku' masuk ke dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO. Keberadaan 'washoku' tak lepas dari ikan segar yang kaya nutrisi.
2. Teh
Jepang merupakan negara yang paling banyak mengonsumsi matcha atau bubuk teh hijau.
Teh hijau dikenal kaya akan antioksidan yang meningkatkan sistem imun, mencegah kanker, dan mencegah kelebihan kadar kolesterol darah.
Aktivitas antioksidan mampu mengeliminasi radikal bebas sehingga memperlambat penuaan sel dan membantu melindungi membran sel dan DNA.
Matcha pun punya dampak positif pada tekanan darah, pencernaan, dan stres.
3. Akses pelayanan kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan di Jepang adalah yang paling mudah diakses di seluruh dunia.
Pemerintah Jepang menawarkan sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.
4. Kualitas bukan kuantitas
Orang-orang Jepang tak pernah mementingkan kuantitas makanan.
Mereka jarang makan dengan piring atau porsi basar.
Cukup menghabiskan sajian dalam mangkuk kecil. Jika kemudian masih dirasa lapar, mereka bisa kembali mengambil makanan.
Secara tidak langsung, mereka mempraktikkan kontrol porsi makanan. Makanan adalah soal kualitas, bukan kuantitas.
Mereka juga kerap makan perlahan sehingga menimbulkan rasa puas dan kenyang.
5. Olahraga
Olahraga tak mengenal usia. Di Jepang, kebiasaan olahraga sudah sangat memasyarakat di berbagai kalangan dan usia.
Aktivitas fisik di Jepang mulai dikenal berbarengan dengan munculnya program rajio taiso atau radio senam. Ini semacam siaran senam pemanasan yang mengudara tiap pagi di Jepang. (ymr)
Foto : Chitetsu Watanabe dinobatkan sebagai manusia tertua di dunia (Guinness World Records)
Baca juga:
Aktivitas Seni Bisa Bikin Panjang Umur
Lansia yang Bahagia Lebih Panjang Umur
Mengasuh Cucu Membuat Lansia Panjang Umur