Geriatri.id - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengidentifikasi empat faktor utama yang berkontribusi terhadap umur panjang masyarakat lanjut usia (lansia) mencapai usia 100 tahun.
Penelitian ini dilakukan dalam proyek bertajuk Healthy Aging and Longevity (Halo) Project, kolaborasi FKUI dengan Economic Research Institute of ASEAN and East Asia (ERIA).
Lokasi penelitian di Gili Iyang di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dan Dusun Miduana di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Kedua wilayah ini dipilih karena memiliki populasi lansia yang sehat dan aktif serta berumur panjang, bahkan lebih dari 100 tahun.
Baca Juga: 5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi
Penelitian ini dipimpin Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI, Prof. Dr. rer. physiol. dr. Septelia Inawati Wanandi, yang juga merupakan Ketua peneliti Halo Project.
"HALO Project fase pertama bertujuan mendapatkan profil lansia yang tetap aktif pada usia di atas 70 tahun dengan meneliti faktor-faktor yang memengaruhi, seperti gaya hidup, aktivitas fisik, nutrisi, sosial ekonomi, psikologis, dan lingkungan," ujarnya dalam acara diseminasi hasil penelitian di IMERI FKUI Salemba, Jakarta, Kamis 11 Juli 2024 yang disiarkan melalui YouTube @Medicine UI.
Dikatakan Prof. Septelia, Dusun Miduana berada di wilayah pegunungan sejuk. Sedangkan Pulau Gili Iyang di kawasan pesisir.
Meski begitu, lanjut dia, kedua wilayah ini menunjukkan kesamaan dalam gaya hidup dan aktivitas fisik yang mendukung kesehatan lansia.
Penelitian ini melibatkan 79 lansia dengan rincian 31 laki-laki dan 48 perempuan. Mereka berusia 71-108 tahun, dengan proporsi lebih banyak pada kelompok usia di atas 80 tahun.
Hasil penelitian menemukan empat pilar utama dalam menjaga keseimbangan hidup para lansia di dua wilayah itu, yaitu gaya hidup, lingkungan, nutrisi dan kesehatan serta faktor sosial-ekonomi.
Aktivitas fisik yang dimulai sejak remaja berkontribusi positif terhadap kesehatan lansia.
Mereka yang tidak lagi bekerja tetap menjalankan aktivitas tanpa tujuan ekonomi, dan merasa tidak memiliki batasan dalam melakukan aktivitas fisik maupun sosial, sehingga tetap mandiri.
Mereka tetap aktif meski mengalami sedikit rasa sakit. Selain itu, mereka menjaga hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat sekitar.
Dari segi sosial ekonomi, mereka mendapatkan perawatan yang baik dari orang di sekitar mereka dan secara rutin melakukan aktivitas religius.
Lingkungan juga berperan penting. Lansia merasa nyaman dengan tempat tinggal dan memiliki pemahaman mengenai aspek positif dan negatif di lingkungan mereka.
Faktor nutrisi turut berperan, di mana lansia di Gili Iyang dan Dusun Miduana mengonsumsi makanan sehat dan segar yang sebagian besar berasal dari sumber alami.
Di Gili Iyang, lansia mengandalkan nasi jagung, ikan laut, dan daun kelor sebagai bagian dari pola makan mereka.
Penelitian juga mengidentifikasi tantangan, termasuk risiko malnutrisi berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi.
Selain itu, infrastruktur yang kurang memadai untuk keamanan lansia menjadi hambatan dalam mencapai penuaan sehat.
Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendekatan kedokteran presisi bagi populasi lansia aktif dan sehat di Indonesia.
Prof. Septelia menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut, terutama dalam bidang studi molekuler untuk mengeksplorasi faktor genetik dan biologis.***
*Ilustrasi - Rahasia lansia berumur panjang.(Pexels)
Video Lansia Online