Kembali
×
Pengapuran Sendi pada Lansia, Faktor Pemicu dan Cara Penanganan
10 Februari 2024 20:39 WIB

Geriatri.id - Osteoarthritis atau pengapuran pada sendi secara spesifik adalah perubahan dari tulang rawan menjadi tulang yang keras. 

"Jadi (tulang rawan) kehilangan sifat lunaknya dan itu terjadi pada sendi. Tulang rawannya berubah menjadi tulang keras. Dari situlah konsep pengerasan tulang rawan," ujar dr. Suryadi Wirawan, SP.OT (K) dari RS Siloam Mampang di Program Live Streming Lansia Online:'Jangan Sepelekan Pengapuran pada Lansia', Sabtu 3 Februari 2024.  

Seiring dengan proses penuaan, struktur sendi mengalami perubahan. Ketika terjadi kerusakan, tulang sendi berusaha memperbaiki tetapi tidak seperti sediakala dan relatif lebih keras serta progresnya relatif lambat. 

Baca Juga: 5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi

Ada lima faktor yang menpengaruhi pengapuran pada sendi.  

1. Usia

Aktivitas seseorang ketika berusia di atas 25 dan bagaimana menjaga sendi, hasilnya akan dirasakan saat lansia.

"Misalnya atlet bulutangkis pada lututnya atau bahu pada olahraga yang banyak melempar-lempar," katanya. 

2. Jenis kelamin 

Perempuan mempunyai risiko pengerasan pada sendi berhubungan obesitas pasca melahirkan. 

Sementara laki-laki berhubungan dengan faktor pekerjaan sehari hari yang menggunakan tulang punggung, lutut atau bahunya. 

3. Obesitas 


Obesitas menyebabkan pembebanan pada sendi lebih dari biasanya. 

"Itu berlangsung setiap saat, setiap waktu dan bisa mengenai tulang belakang, panggul, lutut, pergelangan kaki," jelasnya. 

4. Trauma 

Seringkali patah tulang panjang atau tulang sendi menyebabkan terjanya gesekan-gesekan karena permukaan sudah tidak sama seperti sebelumnya. 

Gesekan yang terjadi selama bertahun-tahun bisa menyebabkan pengerasan tulang rawan.

5. Over used 

Aktivitas keseharian juga bisa menjadi faktor yang menpengaruhi pengapuran pada sendi.

Tempat tersering terjadi pengapuran pada sendi yaitu lutut, tulang belakang, panggul, tangan dan kaki. 

Gejala klinis pengapuran pada endi adalah kaku dan nyeri di pagi hari. Sejalan dengan aktivitas harian, semakin siang semakin berkurang rasa nyerinya. 

"Tetapi habis istirahat sakit lagi entah itu punggung, lutut atau panggul. Kemudian setelah dibawa kerja dibawa berjalan terasa mendingan pada siang atau sore harinya," kata dr. Suryadi. 

Dia menyarankan jika merasa nyeri untuk beristirahat, melakukan terapi penghangatan dan pendinginan dilanjutkan latihan fisik berupa penguatan otot di sekitar sendi yang nyeri. 

Selain itu, mengurangi berat badan agar pembebanan pada sendi menjadi berkurang. 

"Cream rasa sakit hanya bisa menembus ke otot, sedangkan untuk tulangnya dengan minum obat. Verban penguat untuk menstabilkan dari luar," katanya.


Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia

Kortikosteroid dapat digunakan jika merasakan rasa nyeri hebat.

Sedangkan injeksi antraartikuler jika rasa nyeri tidak berkurang dengan obat-obatan. 

Pembedahan akan dilakukan jika ada deformitas dan brace jika ada perubahan bentuk tulang.

Alternatif latihan yang bisa dikerjakan adalah jalan di air atau kolam.

Gerakan berjalan di air akan menghasilkan cairan sendi yang akan mengurangi gesekan diantara sendi. 

"Air memberikan gaya angkat sehingga selama latihan akan mengurangi gesekan di dalam otot dan akan menguatkan otot di sekitar paha. Penguatan otot dapat dengan sepeda statis untuk menguatkan otot paha," katanya. 

Dia memberikan tips mencegah dan melawan nyeri akibat pengapuran tulang. 

- Tetap aktif: orang yang aktif lebih jarang mengalami nyeri.

- Tetap kuat: otot yang kuat membantu kerja sendi sehingga mengurangi kerusakan tulang rawan.

- Tetap ramping: mengurangi berat badan dapat menurunkan intensitas nyeri.

- Tambah pengetahuan: banyak bertanya dan mencari tahu tentang pengobatan terbaru.***

Foto - dr. Suryadi Wirawan, SP.OT (K) dari RS Siloam Mampang.(Youtube @Geriatri TV)

Video Lansia Online

Artikel Lainnya
Artikel
20 September 2025 12:00 WIB
Tags
tulang lansia
lansia
lansia sehat
lansia bahagia
lansia online
merawat lansia
geriatri
berita lansia
osteoarthritis