Oleh: Neni Triana, S. Kep., Perawat, Anggota Tim Terpadu Geriatri RSCM
Geriatri.id - Dalam sebuah tim terpadu geriatri, selain tenaga dokter spesialis, terapis, ahli gizi, juga ada perawat yang sudah menjalani pelatihan geriatri dasar dan tingkat lanjut. Dari sisi keperawatan, perawatan pasien geriatri dilaksanakan secara holistik atau menyeluruh yaitu fisik, psikososial dan spiritual. Dari sisi fisik, perawat harus memperhatikan risiko-risiko yang umum dialami pasien geriatri pada masa perawatan.
Pertama, baik pasien yang mampu mobilisasi ataupun bed rest, memiliki risiko jatuh. Risiko bisa terjadi karena adanya gangguan kesimbangan pada pasien, gangguan fungsi organ, fungsi organ menurun dan sebagainya. Di poli perawatan, biasanya pasien dengan risiko jatuh biasanya diberi tanda dengan pita kuning, agar perawat dan keluarga waspada.
Risiko jatuh juga bisa terjadi pada pasien bed rest karena adanya gerakan berguling ke kanan atau ke kiri. Karena itu perawat harus memastikan, penghalang pada sisi tempat tidur terpasang dengan baik.
Kedua, risiko yang disebut Accute Compulsional State (ACS). ACS adalah masalah medis yang bisa berawal dari masalah psikis, misalnya ada masalah dengan keluarga, tidak nafsu makan, malas minum, kondisi tubuh mengalami penurunan sehingga terjadi kondisi tidak sadar atau kehilangan kesadaran.
Ketiga, masalah mengompol. Mengompol pada lansia bisa membawa risiko lain, seperti misalnya, ketika akan ke toilet sudah ngompol dan berisiko jatuh karena terpeleset urine sendiri. Akibat jatuh juga bisa mengalami fraktur, atau retak atau patah tulang.
Berita Lansia:
LANSIA ONLINE, Kelas Kesehatan dari Rumah
Bila Lansia Sakit, Begini Cara Tepat Merawatnya
3 Kunci Sukses Agar Lansia Sehat, Apa Saja?
Menjadi Lansia Sehat dan Bahagia Tanpa Kerentaan
Keempat, depresi. Risiko bisa muncul ketika pasien terbatas mobilitasnya dan harus beristirahat di tempat tidur atau bed rest. Depresi bisa terjadi karena rasa tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga bisa jadi pasien tidak mau makan.
Kelima, kondisi bed rest juga bisa menimbulkan risko atrofi otot atau kondisi di mana terjadi penurunan massa otot atau kontraktur yaitu kondisi terjadinya "pemendekan permanen" dari otot atau sendi yang terjadi saat jaringan lunak di bawah kulit berkurang kelenturannya dan tidak dapat meregang. Misalnya karena posisi tangan pasie yang terus mengepal.
Keenam, kondisi bed rest juga bisa menimbulkan risiko terjadi cairan pada paru-paru jika pasien terus tidur dalam posisi telentang, luka tekan atau dekubitus dan infeksi pada tubuh.
Para perawat dan juga keluarga, dalam kondisi pasien dirawat di rumah sakit maupun di rumah, harus memperhatikan risiko-risiko tersebut. Selain memperhatikan mobilitas pasien agar menghindari risiko jatuh, dalam kondisi bed rest, perawat juga harus telaten untuk memindah posisikan pasien misalnya tidur miring ke kiri atau ke kanan sehingga tidak terus menerus tidur dalam kondisi telentang.
Memindahkan posisi tidur juga menghindari risiko terjadinya dekubitus. Perawat atau keluarga juga harus rutin melatih pasien menggerakkan otot-otot tubuhnya untuk menghindari risiko atrofi atau kontraktur.
Jika ada masalah mengompol, harus dijaga agar urine tidak mengenai luka, dalam kondisi pasien menggunakan kateter agar tidak terjadi infeksi. Jika menggunakan pampers, perawat juga harus rutin mengganti jangan sampai penuh.***
Video Lansia: