Polypharmacy, atau penggunaan obat berlebih, adalah kondisi serius yang seringkali terjadi pada lansia, di mana seseorang mengonsumsi lima jenis obat atau lebih secara bersamaan. Fenomena ini perlu mendapat perhatian khusus karena tubuh lansia cenderung lebih sensitif terhadap efek samping dan interaksi antarobat.
Apa itu Polypharmacy?
Polypharmacy didefinisikan sebagai penggunaan banyak obat secara bersamaan. Ini tidak hanya mencakup obat resep dokter, tetapi juga obat bebas, suplemen, dan jamu. Sebagai contoh, seorang lansia mungkin mengonsumsi obat untuk tekanan darah tinggi, diabetes, asam urat, vitamin harian, obat tidur, dan obat pegal linu yang dibeli sendiri. Jika semua ini dikonsumsi dalam satu hari, jumlahnya bisa mencapai enam obat atau lebih, yang secara jelas menunjukkan kondisi polypharmacy.
Mengapa Polypharmacy Berbahaya bagi Lansia?
Risiko polypharmacy pada lansia sangat beragam dan dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan kualitas hidup mereka:
Kebingungan Mental: Efek samping obat dapat menyebabkan linglung, pusing, bahkan delirium atau kondisi kebingungan akut.
Interaksi Obat: Beberapa jenis obat dapat berinteraksi satu sama lain, mengurangi efektivitasnya atau bahkan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Gangguan Makan dan Pencernaan: Mual, diare, atau konstipasi adalah beberapa masalah pencernaan yang sering muncul akibat konsumsi banyak obat.
Efek Samping Ganda: Kombinasi obat tertentu bisa menyebabkan efek samping yang berlebihan, seperti penurunan tekanan darah yang drastis, perdarahan, atau gangguan fungsi ginjal.
Beban Finansial: Semakin banyak obat yang dikonsumsi, semakin tinggi pula biaya yang harus dikeluarkan, yang dapat menjadi beban finansial bagi lansia dan keluarganya.
Kepatuhan Berkurang: Jadwal minum obat yang rumit dapat membingungkan lansia, menyebabkan mereka keliru dosis, lupa minum obat, atau bahkan berhenti mengonsumsi obat penting.
Faktor Penyebab Lansia Rentan Mengalami Polypharmacy
Beberapa faktor berkontribusi pada kerentanan lansia terhadap polypharmacy:
Penyakit Kronis Ganda: Lansia seringkali memiliki lebih dari satu penyakit kronis, yang masing-masing memerlukan pengobatan berbeda.
Berobat ke Banyak Spesialis: Ketika lansia berobat ke beberapa dokter spesialis, resep obat dari satu dokter mungkin tidak diketahui oleh dokter lainnya, sehingga berpotensi terjadi tumpang tindih.
Konsumsi Jamu dan Suplemen: Kebiasaan mengonsumsi jamu atau suplemen tambahan tanpa sepengetahuan dokter dapat memperparah kondisi polypharmacy.
Keinginan Cepat Sembuh: Beberapa lansia mungkin mencoba berbagai obat untuk "cepat sembuh" tanpa konsultasi ulang dengan tenaga medis.
Kurangnya Evaluasi Rutin: Tanpa evaluasi rutin oleh tenaga medis, daftar obat yang dikonsumsi bisa menumpuk tanpa disadari.
Tips Mengelola Penggunaan Obat pada Lansia
Penting untuk mengelola penggunaan obat pada lansia secara bijak guna mengurangi risiko polypharmacy. Berikut adalah beberapa tips yang bisa diterapkan:
Evaluasi Obat Secara Berkala: Ajukan pertanyaan kepada dokter atau apoteker, "Apakah semua obat ini masih perlu dikonsumsi?" secara rutin.
Gunakan Kotak Obat Harian: Kotak obat dengan pembagian waktu (pagi, siang, malam) dapat membantu lansia mengingat jadwal minum obat dengan lebih baik.
Catat Semua Obat dan Suplemen: Buat daftar lengkap semua obat resep, obat bebas, suplemen, jamu, dan herbal yang dikonsumsi, lalu tunjukkan daftar ini kepada tenaga medis.
Hindari Duplikasi Obat: Pastikan tidak ada duplikasi dalam pengobatan, misalnya mengonsumsi dua jenis obat maag atau dua jenis anti-nyeri dari sumber berbeda tanpa disadari.
Libatkan Keluarga atau Caregiver: Anggota keluarga atau caregiver dapat membantu mengingatkan jadwal minum obat, mendampingi lansia saat berkonsultasi dengan dokter, dan mengamati efek samping yang mungkin timbul.
Catatan Penting: Perlu diingat bahwa lebih banyak obat tidak selalu berarti lebih sehat. Obat harus dikonsumsi dengan tepat dosis, tepat jenis, dan tepat waktu untuk mencapai hasil yang optimal dan meminimalkan risiko.