Alhamdulillah Syukur tak terkira kepada Allah SWT tahun ini 2025 saya dipanggil Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji di tanah suci. Seharusnya ini adalah tiket ayah saya, beliau mendaftar haji tahun 2012 namun ternyata di tahun 2020 Ayah dipanggil Allah SWT lebih dulu sebelum bisa menunaikan rukun Islam ke 5 ini.
Segera saya mengurus pelimpahan porsi haji dari almarhum ayah ke saya. Ada beberapa syarat administrasi yang harus saya penuhi dan bolak balik ke Pati Jawa Tengah daerah asal saya yang berbeda alamat dengan tempat tinggal kini di Bekasi. Menurut arahan dari pegawai Kemenag saya disarankan untuk tetap berangkat dari Pati sesuai pendaftaran ayah, takutnya kalau saya mengajukan pindah ke Bekasi ternyata saya harus menggeser posisi orang lain. Alasan yang cukup masuk akal. Setelah saya mendapatkan jaminan bahwa saya bisa mendapatkan fasilitas manasik bersama jamaah haji dari kecamatan tempat saya tinggal dan Istithaah (kemampuan seseorang untuk melaksanakan ibadah haji, baik secara fisik, mental maupun finansial) dari sini juga akhirnya saya berangkat haji tetap dari Pati Jawa Tengah.
Proses pelimpahan berkas sebenarnya cukup berlapis mulai dari pelimpahan kabupaten lalu diteruskan ke kemenag provinsi terakhir mengurus di Kemenag Pusat. Alhamdulillah karena semua berkas lengkap dan ada semua proses pelimpahan berjalan lancar dan cepat. Ini mungkin pertanda bahwa Haji adalah panggilan, semua dimudahkan dari awal. Sebagai pekerja media Alhamdulillah banyak kenalan yang membantu, pernah terbesit pikiran apabila ini dialami calon jamaah haji lansia di daerah yang akses informasinya terbatas akankah semudah saya?
Setelah semua proses administrasi selesai sekitar setelah hari raya idul fitri saya mendapatkan undangan dari kecamatan tempat saya tinggal untuk melakukan tes Kesehatan di puskesmas dan manasik haji. Mengingat saya akan berangkat dari embarkasi Solo maka saya memutuskan untuk menjadi jamaah haji mandiri. Ingat ya jamaah haji mandiri. Artinya saya tidak masuk ke Kelompok Bimbingan Haji manapun dan harus mengurus semuanya sendiri. Koordinasi dengan rombongan haji dari Pati pun terus berjalan. Hal yang saya alami adalah saya melakukan manasik haji dengan kelompok yang nanti di Mekkah akan berbeda rombongan. Sedangkan rombongan saya yang asli di Pati selalu melakukan manasik tanpa kehadiran saya.
Sebagai calon jamaah haji mandiri saya sudah mempersiapkan dari awal bahwa saya akan beribadah haji sendiri di tanah suci tanpa mendapatkan fasilitas dari KBIH. Sebagai Gambaran, jamaah haji KBIH semua pengurusan administrasi dilayani. Selain mendapatkan manasik dari Kemenag mereka juga mengadakan manasik sendiri bersama kelompoknya. Belum lagi urusan antar jemput koper jamaah dari rumah ke kantor Kemenag. Jamaah tinggal duduk manis fokus pada ibadahnya. Untuk jamaah lansia di sini sangat direkomendasikan untuk ikut KBIH saja dan jangan menjadi jamaah haji mandiri.
Dan hari keberangkatan pun tiba. Saya ke Pati Jawa Tengah 5 hari sebelum keberangkatan untuk mengurus koper sendiri dan berkenalan dengan ketua regu dan ketua rombongan saya. Di sini saya mendapatkan informasi awal saya masuk regu 4 dengan anggota sebanyak 10 orang. Terdiri dari 3 laki-laki dan 7 perempuan. 3 Laki-laki termasuk saya ada ketua regu yang usianya 58 tahun, seorang guru madrasah dan seorang kakek berusia 72 tahun. 7 perempuan satu usia 48 tahun dan lainnya di atas 60 tahun. Di benak saya terpikir “Waduh ngawal orang tua nih”, pikir saya sambil tersenyum.
Keberangkatan dari Kantor Kabupaten Pati, saya masuk rombongan 6 satu bus isinya 40 orang. Satu regu isinya 10 orang. Satu rombongan isinya 40 orang dan 1 kloter isinya sekitar 360 orang. Dengan jumlah petugas haji sekitar 6 orang . 1 ketua kloter, 2 dokter (perempuan), 1 perawat dan 3 petugas ibadah. Saya dari Embarkasi Solo, kloter 52, rombongan 6, regu 4. Dari Pati kami diantar ke asrama haji Donohudan Solo sekitar 9 bus dengan pengawalan voorijder dengan memakan waktu sekitar 3 jam. Di Asrama haji kami berkenalan satu sama lain dengan jamaah dari kecamatan lain. Jamaah laki-laki dan perempuan terpisah. Kami menginap semalam di asrama Haji dengan kamar kapasitas 10 orang per kamar. Setelah mendapatkan pengarahan dan pemberian biaya tinggal sebesar 750 Riyal, kami pun diberangkatkan. Sebagai jamaah gelombang dua awal, kami langsung diterbangkan ke Mekkah jadi memakai kain ihram dari embarkasi dan mengambil miqat dari Yalamlam saat berada di atas pesawat.
Dan perjalanan pun dimulai
Kami naik pesawat Garuda Indonesia yang didukung oleh Turki Airlines. Ada beberapa kru kabin bukan warga Indonesia. Saat di pesawat saya berkenalan dengan jamaah perempuan yang satu regu. Mereka baik, sehat dan ramah dan mereka bercerita ini ada nama saya di regu tapi kok tidak pernah ketemu saat manasik. Ternyata banyak jamaah haji yang baru pertama kali naik pesawat dan ke luar negeri. Mereka sangat awam dengan dokumen keimigrasian dan hal-hal yang ada di pesawat. Penggunaan toilet pesawat misalnya. Banyak jamaah yang tidak tahu cara mengunci pintu toilet. Cara mengalirkan air di keran bahkan ada juga yang tidak tau cara membilas bersih toilet usai pakai.
Kebayang kan repotnya seperti apa para pramugarinya?
Perjalanan memakan waktu 10 jam, kami juga disediakan makanan dan minuman.Peralatan makannya dari kayu yang terdiri dari sendok, garpu, dan pisau. Ada beberapa jamaah yang menyimpan peralatan makan, katanya untuk kenang-kenangan. Ada juga sih yang bertanya ke saya apakah bantal dan guling pesawat boleh dibawa? Saya jawab gak usah nanti kita dapat di hotel.
Kami pun mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah dengan selamat. Syukur Alhamdulillah.
Setelah turun dari pesawat petualangan pun dimulai. Dari Indonesia kami diatur rapi per kelompok saat keluar bandara mau naik bus kami diatur Syarikah, semacam EO lokal dan di sini kami asal aja dimasukkan bus bandara ke tujuan Mekkah. Kami pun terpecah dengan kelompok kami. Syukur lah saya masih ada beberapa wajah yang saya kenali di bus bandara saya. Setelah naik bus yang membawa rombongan kami berangkat ke Mekkah. Jarak antara bandara ke Mekkah sekitar 70 km. Kami menikmati sunrise dan pemandangan jalan.
Ketika memasuki kota Mekkah bus yang membawa kami dihentikan polisi untuk diperiksa. Ada dua orang polisi naik ke bus memeriksa dokumen imigrasi kami, paspor dan visa. Dengan bahasa Arab dan Inggris terbatas mereka meminta kami mengeluarkan paspor dan visa. Terlihat jelas wajah tegang dari para jamaah ini. Melihat hal itu saya coba menenangkan mereka. Menjelaskan untuk mereka mempersiapkan paspor masing-masing dan kertas visa yang ada barcodenya. Terbayang kan mereka aja takut ketika berhadapan dengan polisi Indonesia dan ini mereka harus berhadapan dengan polisi Arab dengan bahasa Arab dan pistol di pinggang.
Polisi ini benar-benar memeriksa satu per satu dokumen jamaah. Disamakan wajah dengan foto paspor dan mereka juga scan barcode yang ada di visa kami. Namanya alat pasti ada kendalanya, kadang butuh dua atau tiga kali scan agar bisa terbaca. Makin membuat kami berdebar. Satu per satu jamaah di cek sampai semua selesai dan kami sempat ditegur untuk tidak mengambil gambar pemeriksaan. Dan ternyata tahun ini adalah tahun terketat pemeriksaannya. Alhamdulillah dokumen imigrasi jamaah di bus ini semua legal dan akhirnya kami diizinkan melanjutkan perjalanan ke hotel.
Sesampainya di hotel kami turun dari bus masuk ke lobi hotel. Kami pun mengambil koper kabin di bagasi bus. Celakanya ada beberapa jamaah yang kopernya tidak ada di bus yang ditumpangi. Petugas haji pun berusaha menenangkan jamaah agar tidak khawatir karena ada petugas haji yang akan membawa koper jamaah ke hotel. Pembagian kamar dilakukan manual oleh petugas haji. Setelah mendapatkan kamar saya pun masuk ke kamar untuk beristirahat sebentar. Kamar saya diisi tiga orang. Rata-rata kamar diisi dari 3-5 orang tergantung ukuran kamar. Sejenak merebahkan badan namun tidak tenang karena banyak jamaah yang belum menemukan kopernya. Sambil menunggu datangnya koper banyak jamaah yang minta diaktifkan paket selular mereka di Arab Saudi. Ternyata banyak jamaah yang tidak mengetahui caranya.
Satu per satu, saya aktifkan nomor mereka. Banyak yang bisa dan segera mereka mengabari keluarga di tanah air. Namun ada juga yang paketnya tidak bisa diaktifkan. Kasusnya mereka membeli paket Telkomsel tapi simcard yg terpasang Indosat, nomor WA yang terpasang beda lagi. Pusing kan? Lalu saya coba pake wifi hotel, sayangnya tidak bisa untuk video call ataupun telepon suara. Akhirnya saya menggunakan cara fasilitas VPN dan ternyata bisa. Terlihat wajah bahagia mereka bisa mengabari keluarga di tanah air.
Baru aja sebentar rebahan di kamar, saya disamperin ketua regu kalau ada baju jamaah perempuan yang terkena najis. Padahal koper kabin belum ketemu dan koper besar kabarnya 2 hari baru diantar ke hotel. Ajaibnya saya diminta tolong untuk membeli baju ihram wanita lengkap dengan kerudungnya. Saya keluar hotel mencari barangkali ada, Alhamdulillah di samping hotel ada yang jual. Mereka orang Pakistan dengan bahasa isyarat dan bantuan google translate baju perempuan yang awalnya dijual 60 Riyal saya tawar 40 riyal dan kerudung 20 riyal saya tawar 10 Riyal berhasil saya dapatkan. Saya pun balik ke hotel.
Begitu sampai hotel koper kabin berdatangan bareng jamaah haji lain dari bus lain. Hotel 10 lantai lift tersedia hanya 2. Untuk mempermudah lalu lintas orang dan barang jamaah yang sudah mendapatkan kamar silahkan yang masuk di kamar biar kami yang muda-muda mencari koper dan mengantarkan ke kamar masing2. Dalam waktu dua jam semua jamaah sudah menerima koper kabin masing-masing. Dan selang 1 jam kemudian koper besar jamaah datang dan sama caranya kami yang muda-muda mengantarkan koper ke masing-masing kamar jamaah. Satu rombongan kami yang berjumlah 40 orang tidak ada yang kehilangan koper.
Kami pun bermusyawarah untuk segera menyelesaikan umroh wajib kami. Ada informasi rombongan sebelah sudah berada di masjidil haram. Ada isu tidak bisa masuk masjidil haram tanpa Nusuk. Tapi ada info boleh masuk dengan visa haji. Ada pertimbangan karena anggota kami banyak yang lansia dan masih lelah menempuh penerbangan 10 jam. Dengan musyawarah akhirnya rombongan kami memutuskan untuk beristirahat semalam dan pagi setelah sarapan kami ke Masjidil Haram untuk umroh wajib. Dari rombongan 6 yang berjumlah 40 orang hanya saya sendiri yang jamaah haji mandiri.
Pagi hari kami melanjutkan untuk menyelesaikan umroh wajib. Dari KBIH ini mereka menyediakan mutawif untuk memimpin jamaah berumroh. Setelah izin dari ketua kloter kami rombongan 6 menuju Masjidil Haram menaiki bus shalawat yang disediakan pemerintah Indonesia. Dari hotel kami di daerah Shisha jaraknya sekitar 2.5 km ke terminal Syib Amir di Masjidil Haram.
Begitu senangnya perasaan saya ketika pertama kali melihat Zam-zam Tower yang menandakan bahwa kami makin dekat. Setelah turun dari bus dengan dipimpin mutawif kami berjalan keluar stasiun menuju pelataran Kabah. Saya tandai dimana kami turun, titik titik yg khas dan kemana arah kami harus berjalan agar tidak nyasar. Tak lama kami berjalan di depan sudah ada pos pemeriksaan polisi. Satu per satu jamaah haji diperiksa secara acak. Diambil hanya sampel yang diperiksa hanya visa yang kami bawa. Kami Pun berjalan menyusuri pelataran bangunan pengembangan Masjidil Haram, tak terlukiskan perasaan saya waktu itu.
Kami masuk dari pintu 16 berjalan menyusuri lantai dasar melihat dari dekat batu dari bukit Shafa. Lalu kami berjalan lagi mengikuti arus sekelebatan melihat Kabah yang kadang tertutup pilar-pilar besar. Hati saya berdebar dan berdegup kencang. Kayaknya tadi ka'bah deh, kata saya dalam hati. Menuruni eskalator banyak jamaah lansia yang harus kami jaga saat naik dan turun dari eskalator dan kami sampai di pelataran Kabah.
Perasaan senang, bahagia dan haru jadi satu bagi saya dan jamaah lainnya. Ya Allah kami hadir memenuhi Panggilanmu. Setelah itu kami melakukan thawaf sebanyak 7 kali. Di awal gelombang dua tidak begitu ramai tapi tetap kami harus mengawasi dengan ekstra terutama yang lansia agar tidak terpisah dari rombongan. Thawaf baru sampai 4 putaran kami terpisah menjadi beberapa rombongan besar kami pun tetap menyelesaikan thawaf hingga selesai 7 putaran. Selesai thawaf kami ke tepi untuk melaksanakan sholat sunah. Setelah selesai kami berkoordinasi lewat HP untuk segera berkumpul di depan Gate King Abdul Aziz.
Alhamdulillah tidak lama kami satu rombongan berkumpul kembali. Ibadah dilanjutkan ke Sai oleh mutawif kami diarahkan ke lantai dasar. Sudah ada dua lantai yang dibangun untuk Sai menghubungkan dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa. Kami berjalan pelan bersama ribuan umat islam dari seluruh dunia. Sai sebanyak 7 kali plus perjalanan membuat kelelahan sehingga beberapa jamaah lansia yang mulai berjalan pelan.
Kami Pun terpisah rombongan yang masih berjalan cepat silahkan lebih dulu sedangkan saya memilih untuk bersama jamaah lansia yang kelelahan ini, nanti di pintu tahalul akan saling menunggu sesuai kesepakatan kami. Berjalan langkah demi langkah sekuat tenaga akhirnya selesai sudah 7 keliling, selain diselingi minum air zamzam kami kadang juga berhenti di tepi agar tidak mengganggu yang lain. Ada jamaah yang mau isi botol air minumnya dengan air zamzam untuk minum di hotel nanti katanya. Selesai tahalul kami pun berjalan kembali ke terminal syib amir untuk naik bus shalawat yang membawa kami ke hotel.
Di terminal kami berpisah dengan mutawif yang ternyata sudah menjadi mukimin di Arab Saudi. Setelah mengecek kelengkapan jamaah kami pun pulang ke hotel. Alhamdulillah tuntas kewajiban kami berihram dan kami bisa berganti baju biasa. Sesampainya di hotel kami berganti baju. Perwakilan rombongan mengambil makanan di lantai mezanin dan kemudian membagikan ke kamar masing-masing. Saat makan suasana kekeluargaan dan keakraban makin terjalin. Banyak dari jamaah yang membawa bekal makanan dari Indonesia bertukar makanan satu sama lain. Yang lain juga boleh ambil, silahkan dimakan dan dihabiskan. Ada yang membawa teri, mie instan, biskuit, kopi serta banyak lagi makanan dan minuman kemasan untuk bersama.
Selesai istirahat siang timbul keinginan untuk mengecek kondisi jamaah di kamar lain. Saya Pun keluar kamar. Di lantai 8 di depan Lift saya lihat ada jamaah yang sedang tertidur di sofa. Saya tegur beliau kenapa kok tidak tidur di kamar Ibu? Beliau menjawab “Saya kedinginan tidak biasa memakai AC. Waduh, lalu saya pun mengajak Ibu ini ke kamarnya. Di kamar diisi 5 orang jamaah perempuan. Saya cari remotenya, saya buka dulu jendela kamarnya lalu saya atur suhu AC sesuai suhu kamar sesuai kekuatan jamaah dan arah blower AC nya saya arahkan ke atas agar tidak langsung ke jamaah. “Ibu kalau ada kesulitan silahkan cari saya di kamar 723 In Syaa Allah kalau bisa akan saya bantu masalah apapun”, ujar saya sebelum kembali ke kamar.
Pengalaman Seru Bersama Lansia Saat Menunaikan Rangkaian Ibadah Haji
Hari kedua beberapa jamaah ada yang sudah jadi kartu Nusuknya. Kartu Nusuk adalah ID card resmi dari kerajaan Arab Saudi, tanpa ini kami tidak akan bisa masuk Ke Arafah. Rombongan kami lalu melakukan umrah sunah. Dijemput Mutawif memakai bus di hotel kami dibawa ke Tan'im Masjid Ummu Aisyah untuk mengambil miqot. Di toilet masjid tak lupa kami mengingatkan untuk jamaah laki-laki agar tidak memakai pakaian berjahit. Ada satu jamaah laki-laki ternyata masih pakai celana kami pun menunggu beliau berganti.
Setelah selesai sholat sunah kami pun berniat umroh di masjid ini dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram. Kalimat Talbiyah tak henti kami ucapkan. Setelah diturunkan di terminal syib Amir kami pun berjalan ke arah Masjidil Haram tapi ternyata baru 2 hari sudah ada perbedaan di terminal ini dan jalan akses ke Haram. Pemerintah Arab Saudi melakukan pekerjaan bangunan 1x24 jam. Jadi kita dituntut untuk selalu perhatikan perubahan ini. Di depan sudah ada pos pemeriksaan. Mutowifnya memimpin rombongan ini, saat di pos pemeriksaan Mutawif terlibat perdebatan dengan polisi Saudi tidak tahu kenapa tiba-tiba dia dibawa keluar dan tidak diijinkan masuk. Kami Pun kebingungan rombongan ini tidak ada pemimpinnya.
Saya menduga mutawif ini tidak punya Kartu Nusuk dan Visa tercatat bukan Visa haji resmi seperti kami. Jamaah yang Nusuknya sudah jadi diijinkan lewat. Terbayang betapa bingungnya jamaah yang Nusuk belum jadi mereka juga ketakutan tidak bisa masuk Masjidil Haram seperti Mutawif mereka. Saya Pun berinisiatif menemani jamaah yang diperiksa Polisi. Menggunakan bahasa Inggris, saya minta Polisi mengecek visa karena rombongan kami belum semuanya menerima kartu Nusuk. Saya juga bilang bahwa berdasar info dari shariah, Nusuk akan jadi bertahap. Saya minta mereka mengeluarkan visa untuk dipindai barcode-nya. Saya bilang ke komandan petugas bahwa tidak mungkin kami yang sudah selesai Nusuknya masuk Haram sendiri meninggalkan mereka yang belum jadi akses Nusuk. Jelas, kami tidak mungkin meninggalkan mereka. Setelah negosiasi dan memeriksa visa beberapa jamaah kami diijinkan masuk. Terbayang wajah yang tadinya tegang berubah bahagia. Lengkap rombongan kami masuk Masjidil Haram.
Di perjalanan kami terlibat pembicaraan dengan ketua rombongan dan ketua regu meminta saya untuk menjadi Muthawif. Awalnya saya menolak karena saya tidak hafal doa-doa thawaf dan sai. Mereka menjawab kalau doa dan tata cara ibadah kita bisa bersama-sama. Tapi kalau menghadapi Polisi Saudi kayak tadi hanya saya yang bisa. Kamu yang lebih pengalaman, kata mereka. Akhirnya pun saya menyanggupi. Saya memimpin mereka di depan . Dan saya diberi semacam Slayer berwarna merah sebagai penanda postur saya yang tinggi memudahkan jamaah.
Jumlah jamaah yang ber-thawaf kali ini lebih banyak dari yang kemarin. Dan cuaca di sana juga luar biasa panas. Saat bertawaf kami terpisah lagi menjadi beberapa rombongan. Selesai tawaf kami melakukan sholat sunnah. Saya mengecek rombongan siapa saja yang terpisah dan menelepon mereka satu persatu. Alhamdulillah kami berkumpul lagi di pelataran Kabah. Setelah semua anggota lengkap kami pun melaksanakan Sai. Dan kami pun terpisah lagi beberapa jamaah yang bisa berjalan cepat silahkan duluan. Saya dan beberapa jamaah lain di belakang menjadi Sweeper untuk menemani para lansia yang berjalan pelan. Selesai Sai dan Tahalul kamipun pulang ke hotel. Dalam perjalanan dari pelataran ka'bah ke terminal ada satu orang jamaah lansia laki-laki ingin ke toilet. Saya meminta tolong untuk ada satu orang yang lebih muda menemani. Kami yang rombongan menunggu di depan toilet 9. Dua orang laki-laki itu malah masuk ke toilet perempuan saya pun mengejar dan berteriak. Saya tunjukkan toilet laki-laki dan meminta dua orang itu nanti ketemuan di depan pintu keluar toilet laki-laki yang ini. Beberapa menit berjalan kami yang di luar yang kepanasan berteduh dan mencari air zamzam.
Lama kami menunggu kok dua jamaah laki-laki itu tidak keluar. Kami masih bersabar menunggu. Lama kelamaan kok terlalu lama rasanya untuk dua orang tadi ke toilet hampir satu jam kami menunggu. Saya mulai panik, saya minta jamaah menunggu di titik yang disepakati dan saya pergi mencari ke dalam. Saya mencari ke dalam dan dua orang itu tidak ada. Saya putar ke toilet 9 laki-laki dan tidak menemukan mereka. Saya kembali ke rombongan barangkali mereka sudah bersama rombongan dan tidak ada juga. Istrinya coba menelpon tidak aktif karena Bapak itu paket datanya belum aktif. Kami Pun mulai panik tapi istrinya tidak. Ada yang bilang paling sudah ke hotel. Iya kalau ke hotel kalau masih disini bagaimana kalau kita ke hotel nanti akan jauh mencarinya. Syukur Alhamdulillah sekitar 1 jam Bapak itu menelpon istrinya mengabarkan kalau mereka berdua dengan jamaah lansia sudah sampai hotel dan kami masih menunggu di toilet 9.
Karena sudah mendapat kepastian kamipun pulang ke hotel. Sesampainya di hotel kami segera berganti pakaian. Dan bapak yang hilang itu menemui saya di kamar. Beliau mengatakan tadi mereka berdua selesai dari toilet keluar mencari rombongan di tempat yang disepakati tapi kata beliau kami rombongan tidak ada. Lalu kemudian berdua mereka ke hotel sendiri. Saya bilang tidak mengapa pak, yang penting kalian berdua tidak hilang.
Setelah selesai melaksanakan Umroh wajib kegiatan Ibadah kami isi dengan kegiatan di sekitar hotel, masjid dekat hotel dan Masjidil Haram. Dengan suhu yang cukup tinggi mencapai 40-an derajat membuat kami memilih ke Masjidil Haram di pagi hari atau malam hari sekalian jelang maghrib.
(Berlanjut ke Artikel kedua)