Menurut WHO kelompok yang telah memasuki kategori usia lansia yaitu jika mereka telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia juga dibagi menjadi beberapa kelompok usia, lansia muda yang memiliki usia 60-69 tahun, lansia madya yang memiliki usia 70-79 tahun serta lansia tua yang memiliki usia 80 tahun ke atas
Lansia dan kesehatan adalah hal yang sangat berkaitan, lansia dapat memiliki fisik yang bugar dan usia yang panjang jika didukung dengan pola hidup yang sehat dan dukungan positif dari sekitarnya
Dari data yang WHO miliki bahwa terdapat peningkatan jumlah penduduk yang memasuki usia 60 tahun keatas. Pada tahun 2019, penduduk yang berusia 60 tahun keatas mencapai 1 juta orang dan jumlah ini akan terus meningkat menjadi 1.4 juta orang pada tahun 2030 dan akan terus meningkat menjadi 2.1 juta orang pada tahun 2050. Adanya peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan bagi lansia
Serta dengan semakin banyaknya praktisi kesehatan lansia, lembaga kesehatan dan sosial dan tidak lupa dengan adanya kemudahan dalam penggunaan alat transportasi umum menjadikan dunia lebih ramah terhadap lansia
Lansia digolongkan sebagai orang yang rentan terhadap penyakit, salah satu penyakit yang sering ditemukan pada Lansia adalah Diabetes. Diabetes adalah sebuah penyakit dimana saat tubuh tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup atau insulin di dalam tubuhnya tidak dapat bekerja dengan baik yang mengakibatkan adanya penumpukan glukosa di dalam darah
Jika diabetes tidak dapat dikontrol maka akan menimbulkan berbagai macam komplikasi kesehatan serta dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf
Diabetes mungkin sudah tidak asing lagi bagi Aditiawarman. Tahun ini usia Aditiawarman sudah mencapai 80 tahun berarti Aditiawarman sudah ‘berkawan’ dengan Diabetes selama 10 tahun. Pada tahun 2015 Aditiawarman mulai merasakan ciri-ciri umum yang biasanya penderita Diabetes rasakan yaitu, sering buang air kecil setiap malam bahkan waktu tidurnya sampai terganggu serta nafsu makan meningkat tetapi berat badan cenderung menurun
Saat melakukan pemeriksaan di laboratorium diketahui bahwa hasil gula darah saat puasa mencapai 337 mg/dl dan hasil gula darah setelah puasa mencapai angka 583 mg/dl. Angka gula darah tersebut termasuk tinggi karena saat melakukan tes di laboratorium untuk melihat kadar gula darah, terdapat tes yang dinamakan GDS (Gula Darah Sewaktu) yaitu tes gula darah yang dapat dilakukan kapanpun. Jika hasilnya lebih dari >200 mg/dl sudah dapat dikategorikan menderita diabetes. Adapula tes GDP (Gula Darah Puasa), sebelum melakukan tes ini terlebih dahulu puasa tidak makan selama 8 sampai 10 jam, jika hasilnya lebih dari 126 mg/dl sudah dapat dikategorikan menderita diabetes
Sejak tahun 2015 hingga saat ini Aditiawarman telah menjadikan pola hidup sehat sebagai pegangan hidupnya sehari-hari, diantaranya adalah:
Menjaga pola makan
Makan sebanyak 6 kali sehari yang diantaranya mencakup 3 kali untuk makan makanan berat dan 3 kali untuk makan makanan ringan atau snack
Olahraga rutin setiap harinya seperti jogging atau jalan santai
Mengkonsumsi obat sesuai dengan arahan dokter
Rajin memeriksa gula darah sesuai jadwal yang ditetapkan Dokter
Dengan kedisiplinan dan tekad yang kuat untuk sehat, Diabetes pada Aditiawarman dapat menjadi stabil. Saat ini Aditiawarman masih terus aktif menjadi narasumber di RS Fatmawati, Aditiawarman berbagi cerita dan pengalamannya kepada teman-teman pejuang Diabetes agar semakin banyak pejuang Diabetes yang berhasil stabil dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa
Sumber:
https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus
https://www.healthinaging.org/a-z-topic/diabetes/basic-facts