Geriatri.id - Proyeksi populasi penduduk Jepang menunjukkan tren menurun karena penurunan angka kelahiran. Bahkan tahun lalu, angka kelahiran di bawah 1 juta kelahiran per tahun.
Menurunnya jumlah kelahiran anak dipengaruhi banyak faktor. Di Jepang banyak orang tidak ingin atau memang tidak berpikir punya anak karena biaya hidup semakin mahal.
"Perempuan banyak yang kerja, jadi mereka lebih lama di dunia kerja. Jadi mereka menunda punya anak sampai umur sekian gitu," ujar Psikolog dan Careworker lansia di Jepang, Nareswari Putri Sulisvianthi saat Live Streaming Program Lansia Online (LOL) Geriatri TV, Sabtu, 10 Februari 2024.
Sementara lansia dibandingkan dengan total populasinya terus bertambah per tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2025 lansia Jepang berumur di atas 70 tahun mencapai 30 persen
Baca Juga: 5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi
"Permasalahannya bagaimana generasi sanwich bisa tetap bekerja tetapi juga memastikan orang tua mereka yang lansia tetap terpenuhi kebutuhannya dengan baik," katanya.
Banyaknya jumlah lansia di Jepang membuat kebutuhan careworker sangat tinggi. Ada empat tipe caregiving service untuk lansia di sana.
1. Group home
Untuk group home, satu unit maksimal sembilan orang. Bentuknya seperti shared house dan hanya untuk orang yang terdiagnosa demensia.
Nareswari mengatakan terdapat ruang berama (common room) tempat para lansia beraktivitas. Perbandingan jumlah cargiver dengan lansia 1:2 atau 1:3.
"Jadi kalau kita kerja di group home, kita itu kayak menemani mereka di rumah tapi ramai-ramai yang lain. Kegiatannya sesuai aktivitynya. Kalau masih suka masak ya ditemenin masak," jelasnya.
2. Tokuyou (Special Elderly Nursing Home)
Tokuyou mengikuti aturan pemerintah sehingga biaya masuk dan bulanannya tidak terlalu mahal dan menyediakan fasilitas end of life care. Ini karena umumnya lansia tinggal sampai meninggal dunia.
"Di tempat saya kerja, Tokuyou versi kecil karena hanya 29 orang. Kalau tokuyou versi normal orangnya 50 sesuai aturan pemerintah maksimal 50 orang," katanya.
Tokuyou hanya menerima lansia level 3 ke atas yang berusia 65 tahun ke atas. Jika usianya masih 40-64 tahun harus ada bukti mereka masuk level 3.
"Levelnya 1,2,3,4,5. Level 5 tingkatnya paling tinggi atau levelnya sudah parah. level 3 dari yang medium ke atas," katanya.
3. Roken (Nursing Health Facility)
Fokus Roken adalah rehabilitasi lansia yang pernah dirawat di rumah sakit, tetapi setelah sembuh mereka tidak bisa langsung beraktivitas secara mandiri.
4. Housing for Elderly with Service
Housing for Elderly with Service adalah tempat tinggal untuk lansia yang bentuknya seperti apartemen.
Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia
Bedanya dengan apartemen pada umumnya, di dalam kawasan tersebut sudah termasuk jasa layanan perawat dan dokter yang stand by 24 jam sehari dan 7 hari dalam sepekan.
"Jadi kapanpun ada kejadian, mereka bisa dipanggil," pungkasnya.***
Ilustrasi - Populasi lansia di Jepang menunjukkan tren meningkat.(Pexels).
Video Lansia Online