Geriatri.id - Para ahli memperingatkan akan terjadi 'tsunami perak' yang menimpa pasien kanker lanjut usia (lansia) secara global.
Ahli onkologi menyuarakan kekhawatiran akan risiko sistem layanan kesehatan yang melemah karena meningkatnya kebutuhan perawatan khusus.
Dunia harus segera bersiap menghadapi 'tsunami' global yang menimpa jutaan pasien kanker lanjut usia (lansia) atau sistem layanan kesehatan berisiko tidak mampu mengatasinya.
American Society of Clinical Oncology (ASCO) dalam sebuah laporannya menyatakan dengan meningkatnya angka harapan hidup dan melonjaknya populasi lansia, peningkatan jumlah pasien lansia pengidap kanker kini menjadi 'masalah kesehatan masyarakat yang serius'.
Karena itu, para ahli mengingatkan Pusat kanker harus bersiap menghadapi 'tsunami onkologis perak'.
“Seiring dengan bertambahnya populasi dan meningkatnya angka kejadian, kita benar-benar siap menghadapi kebutuhan tersebut? Saya pikir secara global, kami belum siap,” ujar Dr Andrew Chapman pada pertemuan tahunan ASCO di Chicago, konferensi kanker terbesar di dunia.
Baca Juga: 5 Pertanyaan Mengenai Hipertensi
Andrew Chapman adalah direktur Pusat Kanker Sidney Kimmel-Jefferson Health dan spesialis onkologi geriatri.
“Kita tahu kanker adalah penyakit yang berhubungan dengan penuaan, dan ada sejumlah mekanisme biologis yang menyebabkan hal ini terjadi,” kata Chapman dikutip The Guardian.
“Hal yang sering kali terlewatkan adalah tujuan, keinginan, kebutuhan, preferensi, dan permasalahan lansia jauh berbeda dibandingkan orang dewasa pada umumnya."
Menurut Chapman, pasien yang lebih tua sering kali memprioritaskan mempertahankan kemandirian daripada mencari pengobatan kuratif.
Mereka ingin melakukan aktivitas seperti mengemudi, menghabiskan waktu bersama keluarga, dan menjalankan hobi seperti golf dan berkebun.
“Jika Anda memberikan pengobatan yang akan menghilangkan penyakit tersebut, mereka mungkin tidak menginginkannya. Jauh berbeda dengan seseorang berusia 45 tahun yang ingin hidup 40 tahun lagi,” ungkapnya.
Dr Julie Gralow, kepala petugas medis dan wakil presiden eksekutif ASCO, mengatakan sistem layanan kesehatan harus segera bertindak agar tidak kewalahan dengan peningkatan dramatis lansia pasien kanker.
“Pada tahun 2040, beban global diperkirakan akan meningkat menjadi 27,5 juta kasus kanker baru dan 16,3 juta kematian akibat kanker hanya karena pertumbuhan dan penuaan populasi,” kata Gralow.
Menurut perkiraan International Agency for Research on Cancer (IARC), pada tahun 2018 terdapat 17 juta kasus kanker baru dan 9,5 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia.
Hambatan tenaga kesehatan seperti kurangnya pelatihan geriatri dan kekurangan staf global dapat membuat penerapan model perawatan yang lebih sesuai dengan pasien lansia menjadi lebih menantang, kata Gralow.
Dia menambahkan diversifikasi uji klinis juga akan membantu.
“Sebagian besar data uji klinis berasal dari pasien lebih muda – sangat sedikit pasien lebih tua yang disertakan. Kita perlu melibatkan pasien lansia dalam uji coba sehingga kita dapat memahami toksisitas dan kemanjuran terapi pada populasi ini.”
Di AS, National Cancer Institute memproyeksikan pada tahun 2040, hampir tiga perempat (73%) penderita kanker akan berusia di atas 65 tahun.
Menurut analisis Cancer Research UKDi Inggris, jumlah orang yang didiagnosis mengidap kanker di Inggris akan meningkat sepertiganya pada tahun 2040.
Ini akan menjadikan jumlah kasus baru setiap tahun dari 384.000 menjadi 506.000 untuk pertama kalinya.
Sebagian besar dari mereka yang terkena dampak adalah berusia 70 tahun ke atas – 60% kasus dan 76% kematian.
“Akan ada lebih banyak lansia dengan diagnosis kanker dan tentu saja mereka memerlukan perawatan multidisiplin,” kata Prof Charles Swanton, kepala dokter Cancer Research UK.
“Mereka sering kali memiliki penyakit penyerta dan penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular, jantung, atau masalah pernapasan.”
Baca Juga: 14 Sindrom Geriatri yang Sering Dikeluhkan Lansia
Berbicara di Chicago, Swanton mengatakan pasien lansia juga lebih cenderung mengonsumsi obat untuk penyakit lain, sehingga pengobatan kanker menjadi lebih rumit.
“Pertanyaannya adalah, ‘bagaimana sistem kesehatan akan mengatasi hal tersebut?’ Ini adalah kekhawatiran utama dalam perencanaan ketenagakerjaan.
"Jika kita menghadapi 30% lebih banyak diagnosis kanker, dan diagnosis kanker tersebut lebih kompleks, kita akan membutuhkan setidaknya 30% lebih banyak ahli onkologi, ahli bedah, dan ahli patologi untuk mengatasi beban kasus tersebut,” pungkasnya.***
Ilustrasi - Bersiap menghadapi tsunami lansia pasien kanker.(Pexels)
Video Lansia Online