Geriatri.id - Frekuensi detak jantung menjadi indikator penting untuk menilai kesehatan jantung seseorang.
Jantung memiliki peran krusial dalam tubuh, dan pengukuran frekuensi detak jantung dapat memberikan gambaran tentang kesehatan jantung seseorang.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui frekuensi detak jantung normal khususnya untuk lansia, agar bisa terus mengontrol kondisi kesehatan mereka.
Detak jantung dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk usia, kondisi kesehatan, emosi, dan aktivitas fisik.
Dilansir dari American Heart Association, detak jantung normal per menit pada lansia sama seperti orang dewasa berkisar antara 60 hingga 100 detak per menit (bpm).
Baca juga: Lansia Inspiratif: Luar Biasa, Pria Berusia 93 Tahun 4 Kali Juara Dunia Dayung
Namun, angka ini dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti usia, tingkat stres, kecemasan, kondisi fisik, atau aktivitas fisik yang sedang dilakukan.
Berikut adalah rentang detak jantung normal berdasarkan usia:
Bayi baru lahir: 100 - 205 bpm
0 - 1 tahun: 100 - 180 bpm
1 - 3 tahun: 98 - 140 bpm
3 - 5 tahun: 80 - 120 bpm
5 - 12 tahun: 75 - 118 bpm
13 - 18 tahun: 60 - 100 bpm
18 tahun ke atas: 60 - 100 bpm
Detak jantung di bawah 60 bpm tidak selalu menunjukkan adanya masalah jantung. Faktanya, detak jantung yang rendah bisa menjadi normal terutama pada atlet, yang mungkin memiliki detak jantung berkisar antara 40 hingga 60 bpm.
Baca juga: Rentan Penurunan Kondisi Fisik, Masih Bolehkah Lansia Mengemudikan Kendaraan?
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi detak jantung normal meliputi:
Usia: Detak jantung normal akan berbeda untuk setiap kelompok usia. Bayi, anak-anak, dewasa, dan lansia memiliki rentang detak jantung yang berbeda.
Intensitas Kegiatan: Aktivitas fisik dapat meningkatkan frekuensi detak jantung. Semakin intensitas kegiatan, semakin tinggi detak jantungnya.
Suhu Udara: Cuaca panas atau lembap dapat membuat jantung bekerja lebih keras, sehingga detak jantung meningkat.
Ukuran Tubuh: Timbunan lemak berlebih di tubuh dapat memengaruhi aliran darah dan menyebabkan peningkatan detak jantung.
Emosi: Stres, kecemasan, atau perasaan gembira yang berlebihan dapat memicu peningkatan detak jantung.
Posisi Tubuh: Perubahan posisi tubuh, seperti dari duduk ke berdiri, dapat menyebabkan peningkatan detak jantung secara singkat.
Obat-Obatan: Beberapa obat, seperti obat untuk asma atau obat pilek, dapat memengaruhi detak jantung sebagai efek sampingnya.
Dengan memahami faktor-faktor ini, seseorang dapat lebih baik memantau detak jantungnya dan mengidentifikasi perubahan yang patut diperhatikan.
Jika ada kekhawatiran tentang detak jantung yang tidak normal, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Ilustrasi: Detak jantung normal lansia (Pixabay)
Video Lansia Online