Kembali
×
Studi Ingatkan Bahaya Gangguan Pendengaran pada Lansia
10 Desember 2022 17:54 WIB

Geriatri.id - Banyak orang lebih fokus pada perubahan fisik seperti kerutan dan rambut beruban saat mamasuki masa lanjut usia (lansia).

Mungkin tidak banyak yang memperhatikan perubahan lain seperti masalah pendengaran. 

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan satu masalah gangguan pendengaran tertentu dapat mengindikasikan penurunan kognitif.

Dilansir Best Life, kesalahpahaman umum di masyarakat menganggap gangguan pendengaran hanya mempengaruhi telinga. Padahal, dalam memahami ucapan dan memproses suara, telinga bekerja sama dengan otak.

"Kesalahpahaman umum tentang gangguan pendengaran adalah hanya mempengaruhi telinga. Telinga dan otak bekerja sama untuk memahami ucapan dan memproses suara dan ketika seseorang menderita gangguan pendengaran, otak mereka harus bekerja lebih keras," ujar Hope Lanter, seorang audiolog di Hear.com. 

Gangguan telinga akan membuat orang menjadi lebih sulit untuk mengikuti percakapan karena harus mendengar lebih keras atau membaca bibir.

Tekanan ekstra pada otak ini dapat meningkatkan risiko penurunan kognitif dan demensia. 

"Ketika Anda harus mendengarkan lebih keras, ini bisa mempersulit dalam mengikuti arus percakapan, karena dengan begitu Anda harus membaca bibir, atau menggunakan petunjuk konteks tambahan untuk mendapatkan pesan," kata Lanter.

Baca Juga: Ancaman NAFLD dan Difesiensi Vitamin D Masih Menjadi Masalah Besar Bagi Lansia

Penelitian yang baru dirilis di The Lancet menunjukkan 8 persen kasus demensia dapat dikaitkan dengan gangguan pendengaran.

Sementara sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan di Neurology melihat hubungan antara gangguan pendengaran dan timbulnya demensia.


Para peneliti meneliti lebih dari 16.270 peserta dan menyimpulkan gangguan pendengaran dikaitkan dengan penurunan kognitif yang dipercepat, gangguan kognitif dan perkembangan demensia, terutama pada orang berusia 45 hingga 64 tahun. 

Penelitian ini menyimpulkan tingkat gangguan pendengaran yang rendah dapat meningkatkan risiko demensia jangka panjang.

Ada dua jenis utama gangguan pendengaran yaitu gangguan pendengaran perifer dan gangguan pendengaran sentral.

Gangguan pendengaran perifer terjadi karena masalah dengan struktur telinga, sedangkan gangguan pendengaran sentral disebabkan masalah dengan saraf pendengaran otak dan pusat suara.

Jenis gangguan pendengaran perifer umumnya disebabkan penuaan alami atau paparan kebisingan yang merusak telinga bagian dalam atau saraf pendengaran.

Sedangkan gangguan pendengaran konduktif disebabkan kerusakan atau penyumbatan di telinga bagian luar atau tengah, mencegah suara masuk ke struktur telinga.

Menurut laporan komisi Lancet 2020, gejala gangguan pendengaran perifer lebih berisiko terkena demensia. 

Sebuah studi yang diterbitkan dalam American Journal of Audiology menemukan penggunaan alat bantu dengar dalam tiga tahun pertama diagnosis gangguan pendengaran mengurangi risiko demensia 18 persen, depresi dan kecemasan 11 persen, dan cedera terkait jatuh 13 persen.

"Perawatan pendengaran yang tepat sangat penting untuk kehidupan yang sehat. Gangguan pendengaran seringkali dapat terjadi secara perlahan seiring waktu dan beberapa orang mungkin tidak menyadari mengalami kesulitan mendengar sampai seseorang memperhatikannya. Jadi pencegahan terbaik adalah intervensi dini," pungkasnya.***

*Ilustrasi - Gangguan pendengaran pada lansia.(Pixabay)

Video lansia 

Artikel Lainnya
Artikel
06 November 2025 10:00 WIB
Tags
lansia
geriatri
lansia sehat
lansia online
lansia bahagia
merawat lansia
berita lansia
gangguan pendengaran