Penulis: Husna Sabila
Geriatri.id - Baik depresi maupun penyakit jantung dan kardiovaskular merupakan dua jenis permasalahan kesehatan yang sering dialami tidak hanya pada lansia namun juga pada kelompok usia dewasa lainnya.
Faktanya, keduanya bahkan kerap muncul bersamaan dalam diri seseorang. Hal tersebut dapat terjadi sebab depresi dan penyakit jantung ternyata memiliki hubungan dua arah.
Dilansir dari laman Johns Hopkins University, dua jenis hubungan antara penyakit jantung dan depresi adalah sebagai berikut:
1. Depresi menyebabkan penyakit jantung
Orang-orang yang menderita gangguan depresi, namun tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya,memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit jantung dibandingkan mereka yang tidak depresi.
Berdasarkan informasi penelitian American Heart Association, setidaknya 1 dari 10 orang dewasa Amerika yang menderita depresi juga mengalami gangguan serangan jantung akut.
2. Penyakit jantung menyebabkan depresi
Pada beberapa kasus orang yang sebelumnya tidak memiliki riwayat depresi, mereka akan mengalami depresi setelah mereka mengalami serangan jantung ataupun mengalami kondisi gagal jantung.
Lebih lanjut lagi, terdapat beberapa dampak psikologis dari serangan jantung pada diri penyitas.
Hal itu antara lain: (1) perubahan perilaku dan mood, (2) perubahan kepercayaan diri seseorang bahwa mereka sanggup menjalankan ‘peran kehidupan’ dengan baik—setelah mengalami serangan jantung, (3) perasaan bersalah atas kebiasaan yang dilakukan di masa lalu yang meningkatkan risiko penyakit jantung, serta (4) rasa malu dan keraguan atas kemampuan fisik yang berkurang.
Namun perlu diingat bahwa sebagian besar penyintas penyakit jantung memang dapat kembali pada peran dan tanggung jawab yang mereka miliki sebelum terkena serangan jantung.
Akan tetapi, apabila terdapat rasa cemas, khawatir, dan perasaan ketidakpastian yang dirasa mulai mengganggu keseharian, maka proses ‘pemulihan jiwa’ tampaknya juga perlu diterapkan.
Hal yang dapat dilakukan sebagai alternatif ‘pemulihan jiwa’ di antaranya adalah mencari bantuan ahli, baik psikolog maupun psikiater, ataupun mengonsumsi obat-obatan yang mungkin diperlukan sesuai arahan dokter/psikiater yang menangani.
Pasien yang sedang dalam proses pemulihan pasca serangan jantung dan menderita depresi akan memiliki kemungkinan ‘pulih’ yang lebih kecil dibandingkan mereka yang tidak menderita depresi.
Hal ini disebabkan karena depresi akan mengakibatkan hal hal berikut ini:
- Pada pasien serangan jantung yang juga disertai depresi, mereka akan cenderung mengalami penurunan motivasi untuk sembuh, sehingga tidak konsisten dalam mengikuti anjuran kesehatan seperti anjuran dalam mengonsumsi obat-obatan tertentu, diet yang disarankan, serta batasan-batasan lain yang harus dipatuhi.
- Lansia dengan depresi dapat mengalami perubahan-perubahan pada keseimbangan hormonal dan sistem saraf mereka.
Dua kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya aritmia atau gangguan pada irama jatung; bisa terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
- Orang dengan depresi mempunyai kemungkinan untuk memiliki trombosit yang lengket yang dapat menyebabkan darah menggumpal. Pada pasien dengan penyakit jantung, kondisi ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis dan kemungkinan serangan jantung.***
Video "Jaga Pikiran, Hati, dan Kesehatan Jantung di Bulan Ramadan"