Penulis: Husna Sabila
Geriatri.id - “Banyak pasien dengan gagal jantung yang datang bertanya pada dokter mereka, apakah aman bagi penderita gagal jantung untuk berpuasa?”
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai dapatkah pasien dengan gagal jantung untuk berpuasa, ada baiknya kita bahas terlebih dahulu mengenai keterkaitan puasa dengan kesehatan jantung.
Berpuasa umumnya dilakukan oleh mereka yang sehat baik jasmani maupun rohani. Namun ternyata, kegiatan berpuasa itu sendiri mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan, salah satunya yaitu untuk kesehatan jantung.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan berpuasa di antaranya adalah mampu menurunkan kadar homosistein darah. Adanya homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko arterioskeloris, yang mana kondisi ini dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.
Manfaat yang kedua yaitu dapat menurunkan kadar LDL darah. Menurut Francisco Lopez Jimenez, MD. pada Mayoclinic, dengan melakukan puasa, kadar LDL atau ‘kolesterol jahat’ pada tubuh akan menurun sehingga menurunkan risiko penyakit jantung.
Manfaat lainnya dari berpuasa adalah menurunnya tekanan darah sehingga meminimalisir beban kerja jantung, kelelahan jantung, penebalan dinding jantung, serta risiko gagal jantung.
Dennis Bruemmer, MD, Ph.D seorang ahli jantung dan endokrinologi menulis pada situs Cleveland Clinic bahwa puasa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi kadar kolesterol tubuh, mengontrol diabetes, dan menurunkan tekanan darah.
Keempat hal ini adalah penyebab-penyebab dari penyakit jantung. Dengan menurunkan sebab-sebab tersebut, risiko penyakit jantung pun dapat diminimalisir.
Akan tetapi dr. Dennis menambahkan, perlu diingat bagi penderita penyakit jantung bahwa puasa dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit tubuh yang dapat menyebabkan jantung menjadi tidak stabil dan berisiko aritmia.
Lalu dapatkah lansia dengan penyakit jantung berpuasa?
“Berpuasa di bulan Ramadan cenderung aman untuk semua pasien dengan gagal jantung kronik. Saran saya bagi mereka yang ingin berpuasa—dengan riwayat gagal jantung kronik—agar mereka lebih mematuhi pembatasan cairan dan garam yang telah direkomendasikan oleh dokter. Selain itu, pasien juga sebaiknya mematuhi dosis obat yang telah diberikan,” demikian dr. Rami Abazid, ahli jantung dari Prince Sultan Cardiac Center, Qassim, Saudi Arabia, dalam presentasinya di Konferensi Tahunan ke-29 Asosiasi Jantung Saudi (SHA29) Maret 2018.
Oleh karena itu, bagi lansia dengan permasalahan jantung yang ingin melaksanakan puasa, sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang merawat lansia untuk mengetahui batasan dan obat atau suplemen yang harus dikonsumsi untuk menunjang mereka dalam melakukan puasa.
Informasi lebih lanjut mengenai kesehatan jantung dan diri lansia ketika berpuasa dapat diperoleh melalui acara Lansia Online (LOL) “Jaga Pikiran, Jaga Hati, Jaga Kesehatan Jantung di Bulan Ramadan” bersama narasumber Prof. Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD-K-Ger., M.Epid., MPH, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada hari Senin 18 April 2022 Pukul 13.00 WIB di Youtube Geriatri TV.